Mungkin Nimrod bermaksud untuk membuat sedikit film Predator yang beda, mungkin terinspirasi oleh Fincher dalam Alien 3, dimana atmosfer film lebih bukan ke sisi aksi atau horror tapi ke aspek psikologinya. Namun menurut gua film ini tanggung banget, apalagi sesudah 30 menit pertama, jelas sudah hilang arah.
Friday, December 24, 2010
PREDATORS (2010)
Mungkin Nimrod bermaksud untuk membuat sedikit film Predator yang beda, mungkin terinspirasi oleh Fincher dalam Alien 3, dimana atmosfer film lebih bukan ke sisi aksi atau horror tapi ke aspek psikologinya. Namun menurut gua film ini tanggung banget, apalagi sesudah 30 menit pertama, jelas sudah hilang arah.
Monday, December 20, 2010
THE SOCIAL NETWORK (2010)
Berdasarkan buku yang berjudul Accidental Billionaires yang ditulis oleh Ben Mezrich, maka dibuatlah film oleh sutradara David Fincher, yang menceritakan Marc Zuckerberg (creator Facebook).
Diantara semua filmnya Fincher, yang gua suka (sudah nonton) hanya The Game yang dimainkan oleh Michael Douglas dan Panic Room (Jodie Foster). Orang banyak bilang Fight Club bagus, tapi gua belum pernah nonton, jadi belum bisa kasih komentar. Fincher biasanya banyak bermain di visualisasi apalagi TCCOBB tapi disini tidak terlalu terasa.
Perlu dicatat penampilan Joseph Mazello yang jadi temannya Zuckerberg. Mazello ini dulu yang maen jadi Tim di Jurassic Park-nya Spielberg.
Thursday, December 9, 2010
THE ROCK (1996)
Tuesday, December 7, 2010
SKYLINE (2010)
Friday, November 26, 2010
HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS PART 1 (2010)
Mengenai Hocrux yang dibicarakan di film ini, kok Yates menggambarkannya seperti cincin yang dipegang Frodo yang akhirnya malah mengeluarkan sifat jahat dari pemegangnya. Nuansa seram dan kesepian banyak dibangun oleh Yates disini dengan bahasa gambarnya yang kebanyakan tanpa dialog. Itu hal yang cukup menarik buat gua di film ini. Terlalu bertele-tele di pertengahan film ditambah pace film lambat (atau mungkin memang novelnya juga seperti itu). Di seri ke tujuhnya ini pun film menjadi lebih keras dan lebih seram bahkan mungkin sudah bukan tontonan untuk anak-anak lagi sejak Prisoner of Azkaban.
Tuesday, November 16, 2010
FONG SAI YUK (1993)
Jet Li memang harus berterima kasih kepada Tsui Hark karena berkat Once Upon a Time in China (Kungfu Master) nama Li kembali berkibar setelah era Shaolin Temple. Kali ini Li bekerja sama dengan Corey Yuen, kalo gua ga salah, inilah awal kerja sama Li dengan Yuen dimana kemudian mereka sering bekerja sama.
Kalo liat dari ide cerita, sudah banyak film martial arts yang menceritakan tentang Fong Sai Yuk. Tapi lewat pengarahan Yuen dan ketenaran Li waktu itu membuat film ini meledak dalam peredarannya. Memang patut gua akui, gua penggemar Li dan itu terjadi setelah gua menonton Kungfu Master. Gua begitu terpesona dengan luwesnya gerakan Li dan gaya akrobatiknya yang luar biasa. Disini pun, gaya pertarungannya tetap mantap hanya lebih kocak karena gaya koreography Yuen lebih jenaka dibandingkan Yuen Wo Ping. Menang Golden Horse dan Hongkong Film Awards untuk best fighting choreography. Gaya penyutradaraannya pun lebih konyol. Tapi untuk film ini, Yuen berhasil membuat sebuah film yang penuh humoris di awal tapi menjadi dramatis menjelang akhir
.
Bantuan dari para pendukung Li pun sangat menunjang. Pemeran ibunya Li (Josephine Siao), sangat kocak tapi kadang-kadang mengharukan. Kalo penggemar film silat jaman dulu beliau sangat populer sekali. Lalu musuh Li pun kali ini tidak sembarangan, jagoan kungfu juga, Chao Wen Cuo (Vincent Zhao). Ironisnya dialah yang menggantikan Li dalam peran Wong Fei Hung di Kungfu Master 4 dan 5.
Cerita patriotik Fong Sai Yuk dibuat dengan ringan tapi agak berat mendekati akhir. Selain perang Wong Fei Hung, peran inilah yang semakin melambungkan nama Li di pasar asia. Disini Li memerankan karakter yang lebih ceria bahkan ada gaya fight yang persis gayanya sebagai Wong Fei Hung. Tapi sebagai tips, lupakan saja sekuelnya yang sangat-sangat merusak film perdananya ini. Hanya adegan perkelahian di lanjutannya yang masih bisa dinikmati.
Wednesday, November 10, 2010
INDEPENDENCE DAY (1996)
Lihatlah pencapaian ID4, bujet hanya 75 juta dolar tapi meraup 817 juta dolar di seluruh dunia. Percayalah durasi film yang panjang (153 menit) tidak akan membuat anda kebosanan. Jangan dilihat tahun produksi film ini, tapi pencapaian visual efeknya masih spektakuler untuk ukuran jaman sekarang dan memang layak diganjar Oscar untuk Best Visual Effects.
Sangat disayangkan duet Emmerich-Devlin harus bubar setelah mereka membuat Godzilla dan Patriot pasca ID4. Beruntunglah Emmerich masih bertahan dengan 10.000 BC, The Day After Tomorrow dan 2012. Sekuel ID4 yang dulu digembar-gemborkan pun kini tidak kunjung dibuat.
Seakan-akan melepas image film Alien sebagai film horor layaknya James Cameron merubah nuansa alien lewat sekuelnya Aliens. Emmerich-Devlin tidak terpaku pada sosok alien untuk menakuti penonton, melainkan dia menanamkan benih ketakutan universal lewat adegan-adegan yang bahkan tidak mengekspos fisik dari sang alien. It works. (at least for me). Ditambah banyaknya variasi karakter/tokoh yang memang selalu menjadi favorit gua.
Monday, November 8, 2010
CONSTANTINE (2005)
Hasil box officenya adalah 230 juta dolar dari seluruh dunia dengan bujet 100 juta dolar.
Wednesday, November 3, 2010
SAVING PRIVATE RYAN (1998)
Cerita film yang berdasarkan kejadian nyata, hanya nama tokohnya diganti disini. Sesuai judulnya, menyelamatkan prajurit Ryan. Dengan ide cerita yang sederhana, Steven Spielberg membawa kita ‘menikmati’ sebuah film tentang Perang Dunia I. Begitu detilnya Spielberg menggambarkan keadaan perang yang cukup realistis. Sehingga gua merasa benar-benar berada di medan perang yang sesungguhnya. Hampir sama waktu gua menonton karya Spielberg yang lain Schindler’s List (SL). Begitu pandainya Spielberg meramu adegan demi adegan sehingga membuat SL dan Saving Private Ryan (SPR) sangat-sangat penasaran untuk diikuti.
Friday, October 29, 2010
SPEED (1994)
Bujet film berdurasi 116 menit ini 28 juta dolar tapi penghasilannya di seluruh dunia cukup fantastis 350 juta dolar. Dengan tidak disangka-sangka, ternyata Speed memperoleh Oscar 1995 lewat Best Sound Effect Editing dan Best Sound. Dan memang music score bikinan Mark Mancina cukup menempel di telinga gua sampe sekarang.
Hampir bisa dibilang semua pemain penting di film ini menjadi tenar berkat Speed termasuk partnernya Reeves yang dimainkan oleh Jeff Daniels yang bintangnya pun ikut terangkat meskipun kini tenggelam lagi.
So Speed termasuk film favorit gua dengan ide cerita yang menegangkan, bom di bis yang terpicu karena kecepatan bis melebihi 50 mil/jam, lalu kalo kecepatan bis berkurang maka bomnya meledak. Alur cerita seperti itupun sudah cukup memikat, namun cerita bukan hanya itu tapi ada hal-hal lain yang juga tidak kalah menarik. Memang mungkin kualitas para pemerannya bukan sekelas Oscar tapi sudah pasti Speed salah satu pelopor film dengan tema ledak-ledakan (bom). Bahkan waktu itu Speed di juluki kalo diartikan ke Indonesia kira-kira. Film aksi nomor satu.
Thursday, October 28, 2010
DISTURBIA (2007)
Bayangkan semua terjadi di sekitar rumah Kale. Kalo dibuat dengan tidak “pintar“, penonton akan gampang dibuat bosan. Namun hal ini tidak terjadi di paro pertama film. Gua sangat ingin mengikuti apa yang akan tersaji di menit-menit berikutnya. Dan film ini kehilangan “kesaktiannya“ di paro akhir. Bahkan penampilan Ashley (Sarah Roemer) pun tidak membantu lagi. Tidak menggemaskan lagi.
Sebenarnya film sudah menarik dengan memasukkan peralatan modern yang digunakan oleh Kale dan temannya, Ronnie (Aaron Yoe). Hal ini menambah modernitas dalam film sehingga kaum muda akan tertarik. Dan buat gua, itu sebuah ide yang bagus. Hanya kebodohan-kebodohan kecil yang terlihat rancu (tidak dijelaskan di film) ketika bunyi kaca atau percikan listrik, apakah benar bisa terdengar sampai ke luar. Bikin gua sedikit bingung. Tapi anggaplah terdengar sehingga membuat film ini menjadi lebih mendebarkan. Bisa dibilang, adegan-adegan menegangkannya kurang panjang sehingga kita masih diberi waktu untuk menghela napas. Harusnya tancap terus. Dan bersamaan dengan itu, durasi film dikurangi lagi 15 atau 20 menit. Maka, pas lah ramuan untuk film ini.
Banyak yang mengatakan Disturbia adalah versi baru dari Rear Window-nya Alfred Hitchcock. Gua ga bisa komen karena gua belum nonton film itu.
Walaupun demikian, ada hal-hal bagus di film ini. Di awal, Shia bisa mengekspresikan bagaimana ketika dia melihat ayahnya meninggal. Tanpa dikasih liat pun, kita bisa menebak apa yang terjadi. Juga ketika dia masuk lagi ke ruangan bapaknya, lalu ketika dia merasa bersalah atas apa yang telah terjadi. Gua dapet ekspresinya. Dibandingkan film ini, gua lebih suka duet Caruso dan Shia di film selanjutnya, Eagle Eye.
Gua suka penampilan Shia disini. Dia bisa membuat kita bersimpati. Sikap humorisnya yang malu-malu terlihat. Ketakutannya tergambar dengan pas. Jelas dia memang salah satu bintang masa depan. Film berbujet US$ 20 juta ini berhasil mengeruk US$ 117 juta di seluruh dunia. Dan gua memuji Caruso yang berhasil memaksimalkan bujet untuk membuat film yang menarik (sekali lagi, diluar terperangkapnya film ini dengan film bergenre sama). Di luar hal itu, gua menganggap film ini diatas rata-rata (sedikit aja)
Friday, October 22, 2010
HEIST (2001)
Heist memiliki kesempatan yang bagus untuk menjadi film yang menarik hanya dengan modal para bintangnya saja. Hanya sang sutradara terjebak dalam bayangan intrik yang dibikin biar penonton bingung sehingga mengurangi sisi “pencurian”nya yang harusnya cukup menarik.
Sunday, October 17, 2010
LEGEND OF THE GUARDIANS : THE OWLS OF GA’HOOLE (2010)
Wednesday, October 13, 2010
THE ABYSS (1989)
Friday, October 8, 2010
RESIDENT EVIL : AFTERLIFE (2010)
Satu lagi yang membuat film ini kurang berkesan. Villain utamanya Wesker, apalagi untuk adegan klimaksnya. What’s going on here? Ibarat makanan utama yang kurang enak ditambah desert yang ga jelas bentuknya.
Friday, September 24, 2010
PASSENGER 57 VS DROP ZONE
Monday, September 13, 2010
SKY CAPTAIN AND THE WORLD OF TOMORROW (2004)
Sang sutradara, Kerry Conran. Film ini adalah debutnya. Termasuk luar biasa untuk ukuran sebuah karya awal. Andaikan film ini dibesut oleh Zack Synder mungkin hasil box officenya bisa lebih tinggi lagi. Mungkin film ini adalah salah satu film yang sutingnya hampir semuanya di dalam studio menggunakan blue screen. Para aktor pun tidak tahu bagaimana akan jadinya film mereka.
Hal pertama yang menarik gua setelah menonton film ini adalah adegan humor yang cukup efektif dan membuat gua tertawa. Tidak banyak tapi cukup efektif. Itu nilai plus film ini selain nilai artistik yang dibawa oleh film ini yang menurut gua sangat menarik sekali. Hanya sayang hitam-putih-coklat-nya membuat adegan terlihat tidak wah. Unik iya tapi tidak spektakuler jadinya.
Duet Jude Law dengan Gwyneth Paltrow sangat dinamis. Anda akan menyukai interaksi mereka berdua yang saling menyembunyikan perasaan mereka hanya sayangnya hal ini hanya diselipkan sekilas dengan singkat di antara adegan-adegan lain. (jadi tidak terlalu dominan). Angelina Jolie hanya tampil dalam beberapa scene (dan sayangnya tidak bisa menjadi scene stealer). Dengan kecanggihan teknologi pun, almarhum Sir Laurence Olivier dapat tampil di film ini. (kapan ya Indonesia bisa mengejar kecanggihan Hollywood, bahkan Hongkong pun belum bisa menandingi mereka)
Sedangkan cerita jelas menghibur saja tanpa beban apapun. Padahal esensi cerita di bagian akhir bisa ke arah yang lebih universal. Lebih ke arah patriotisme dan melibatkan emosi masyarakat dunia. Mungkin itu bukan tujuan awal film. Jadi kita hanya bisa menontonnya saja tanpa berharap lebih di bagian itu.
Conran mungkin kurang beruntung saja karena filmnya hanya mengumpulkan 57 juta dolar di seluruh dunia dengan dana yang lumayan besar yaitu 70 juta dolar. Jelas sebagai debutnya, Conran sudah sangat berhasil membuat suatu kreasi baru di dunia perfilman. Sampai sekarang belum ada lagi karyanya Conran. Jika Conran membaca tulisan ini, jangan menyerah, buatlah lagi karya baru, mungkin dengan modal yang lebih kecil. Semacam film pendek bisalah. Don’t give up, bro.