Friday, April 30, 2010

CLASH OF THE TITANS (2010)

Genre : Action - Fantasy
Directed by : Louis Leterrier
Produced by : Basil Iwanyk, Kevin De La Noy, Richard D. Zanuck
Starring : Sam Worthington, Liam Neeson, Ralph Fiennes, Alexa Davalos, Gemma Artenton
Written by : Travis Beacham, Phil Hay, Matt Manfredi
Music by : Ramin Djawadi, Neil Davidge
Cinematography : Peter Menzies Jr.
Edited by : Vincent Tabaillon, David Freeman
Running time : 118 minutes
Budget : US$ 125 millions
Distributed by : WARNER BROS


Setelah kecewa dengan Incredible Hulk (disutradarai oleh Louis Leterrier) dan sedikit kecewa dengan Percy Jackson (ada unsur mitologi Yunani) . Saya masih banyak berharap dari film ini. Dan berkat “pengalaman” saya menonton film animasi Hercules keluaran Disney lalu bermain game PS God of War (graphisnya luar biasa). Sejujurnya “latar belakang” itu membuat saya menikmati film ini, mungkin berbeda dengan pendapat teman-teman yang lain. Meskipun saya banyak membaca review negatif tentang COTT tapi buat saya film ini bagus walaupun mungkin tidak bagus-bagus amat. Hanya satu yang membuat saya kurang puas, yaitu pacenya yang terlalu cepat. Saking cepatnya, membuat kita tidak bisa lebih menghayati apa yang terjadi seperti misalnya kesedihan Perseus. Sayang sekali tapi itulah salah satu ciri khas Louis, terlalu cepat.



Pendapat saya ini berdasarkan film versi 2010 karena saya belum menonton versi aslinya. Terus terang yang bikin saya menyukai film ini adalah penggambaran mereka melawan Medusa yang menurut saya, tingkat “ketegangan”-nya bisa dirasakan. Karena disini digambarkan bahwa Medusa itu sangat berbahaya (penampilan Medusa yang paling mengetarkan) meskipun masih berupa animasi seperti Scorpion King dalam The Mummy Returns. Terus pertempuran dengan menaiki Pegasus melewati makhluk raksasa Kraken sangat sayang untuk dilewatkan (teringat waktu saya memainkan karakter Kratos yang bertempur diudara dalam God of War 2). Hanya sayang Pegasus sudah didahului BuckBeak di Harry Potter. Satu lagi yang menarik dari film ini adalah penampilan Gemma Artenton. Tampil sepintas di Quantum of Solace sudah menarik banyak perhatian. Kini muncul lebih banyak daripada di QOS, membuat Gemma lebih menjadi pusat perhatian. Dialah dewi dari film ini. Bahkan mengalahkan Andromeda yang sebenarnya cukup cantik tapi kurang menarik.




Sang Zeus diperankan oleh Liam Neeson dengan segala ‘baju kebesaran’-nya. Tampak seperti dewa disko, sama konyolnya dengan Sean Bean di Percy Jackson. Neeson bermain kembali bersama Ralph Fiennes sebagai Hades setelah sebelumnya mereka bermain bersama dalam Schindler’s List.

Ralph Fiennes menjadi ‘‘iblis“ di dua film besar tahun ini, selain film ini film lainnya tentu saja Harry Potter and The Deathly Hallows. Hades jelas lebih menyeramkan dari Zeus dan sayangnya disini penampilan Hades lebih meyakinkan.


Dipihak manusia berdirilah Perseus yang diperankan oleh aktor laris jaman kini, Sam Worthington. Setelah bermain dalam Terminator Salvation terus terbang tinggi di Avatar, kini dia naik pangkat jadi manusia setengah dewa.



Seperti yang saya bilang di atas, Gemma Artenton adalah “Dewi” di film ini. Lihatlah karirnya ke depan, setelah ini bakal muncul dalam Prince of Persia, yang menurut saya bakal menjadi pemecah mitos bahwa film yang diadaptasi dari game selalu kurang laris.



Jika dibandingkan dengan versi jadul (meskipun saya belum nonton) tapi yang pasti versi baru ini pasti lebih menang di bagian spesial efeknya. Anda akan bertemu dengan kalajengking raksasa, peri yang saling berebut sebiji mata (di Hercules versi animasi juga ada) cuma disini lebih menyeramkan. Pegasus, hanya sayang kurang dimaksimalkan. Medusa (memang terlihat animasi) yang jadi pertanyaannya apakah memang sengaja dibikin seperti animasi dan apa tujuannya. Padahal dengan tehnologi sekarang bisa dibikin yang lebih realistis. Dan terakhir yang paling dahsyat adalah Kraken.

Sunday, April 11, 2010

STATE OF PLAY (2009)

Genre : Drama – thriller
Directed by : Kevin MacDonald
Produced by : Andrew Hauptman, Tim Bevan, Eric Feliner
Starring : Russell Crowe, Ben Affleck, Rachel McAdams, Helen Mirren, Robin Wright Penn, Jason Bateman, Jeff Daniels
Written by : Matthew Michael Carnahan, Tony Gilroy, Billy Ray
Music by : Alex Heffes
Cinematography : Rodrigo Prieto
Edited by : Justine Wright
Running time : 128 minutes
Budget : US$ 60 millions
Distributed by : UNIVERSAL PICTURES


Ide cerita yang jarang diproduksi oleh Hollywood adalah yang bercerita tentang wartawan. Sedikit sekali film yang saya tonton tentang wartawan atau jurnalis. Entah Up Close and Personal-nya Michelle Pfeiffer termasuk atau tidak. Yang pasti dulu ada film Hongkong yang berjudul News Attack yang diperani oleh Andy Lau. Ini jelas film tentang wartawan.

State of Play (SOP) adalah film yang digabung dengan thriller politik. Jelas cerita tentang jurnalis harus punya masalah yang sepadan biar lebih seru. Dan disini memang ada situasi yang melibatkan seorang anggota konggres. Film yang santai di bagian awal namun semakin enak untuk dinikmati sampai mendekati akhir ditambah ending yang sedikit tidak terduga. Jangan berharap adegan aksi di film ini. Meskipun ada Russell Crowe ataupun Ben Affleck tapi ini bukan film action. Alur cerita yang membuat jantung kita berpacu apalagi sepertiga akhir film. Dimana ternyata semua masalah bersatu padu membuat kebingungan kita semakin jelas.

Film yang diambil dari serial televisi dengan judul yang sama yang dirilis oleh BBC tahun 2003. Mirip seperti Edge of Darkness-nya Mel Gibson (sama-sama berdasarkan serial televisi). Tapi bila ingin dibandingkan, saya lebih memihak SOP. Nuansa konspirasinya lebih terasa. Seakan-akan kita dibawa kesana kemari namun demikian ujung dari pangkal permasalahannya jelas bahkan mungkin tertipu beberapa kali. Ketika kita merasa masalah sesungguhnya sudah terungkap, ternyata masih ada lagi. Sungguh skrip yang cerdas. Sedangkan Edge of Darkness agak nanggung menurut saya.

Russell Crowe bermain santai disini seperti ketika dia bermain dalam Body of Lies meskipun saya lebih suka performance dia di sini dengan rambut gondrongnya dan badannya yang gemuk (ini untuk keperluan film atau memang perawakan Crowe seperti itu sekarang). Terdengar kabar bahwa sebenarnya peran ini untuk Brad Pitt. But Crowe bagus sekali memerankan sang wartawan, Cal McAffrey. Saya baru memperhatikan bahwa Crowe mempunyai style menundukkan kepala dan memainkan alis matanya yang khas.

Tapi yang menarik perhatian saya adalah penampilan Ben Affleck sebagai sang senator Stephen Collins (tadinya akan diberikan kepada Edward Norton). Ini sih penilaian yang sangat subjektif sekali. Wajahnya terlihat tua dan hilang ketampanannya. Tidak terlihat sama sekali bahwa dia pernah bermain dalam film besar seperti Armageddon, Pearl Harbor dan The Sum of all Fears. Teringat waktu itu setelah bermain dengan sahabatnya, Matt Damon dalam Good Will Hunting. Affleck melaju kencang dibandingkan Damon. Tapi kini posisinya terbalik. Sayang sekali. Yang kedua adalah Jeff Daniels yang bermain sebagai senator Purgess. Bintangnya terang setelah bermain sebagai partner Keanu Reeves dalam Speed. Bermain banyak film seperti 101 Dalmations juga Dumb and Dumber bareng Jim Carrey. Kini dia hanya tampil sekilas dalam film-filmnya.



Bermain sebagai partner Crowe adalah Rachel McAdams. Dengan rambut pendeknya, bisa dibilang Rachel tampil praktis dan pas di film ini. Helen Mirren bermain tegas sebagai atasan Crowe. Robin Wright Penn seakan-akan bermain sebagai bayangan yang muncul setiap saat dibutuhkan oleh cerita. Seperti mengulang Unbreakable dan Forrest Gump.


Satu lagi tokoh kunci di film ini, yang menurut saya, sangat baik dimainkan oleh Jason Bateman. Pertama kali melihat Bateman di serial komedi The Hogan’s family. Kini dia mulai terkenal di layar lebar setelah era The Kingdom ditambah Hancock.



Mengenai sang sutradara, Kevin MacDonald, saya tidak bisa berbicara banyak. Saya belum nonton The Last King of Scotland. Di film ini, Kevin bisa meramu adegan demi adegan menuju suatu tujuan yang jelas. Itu yang saya suka. Dan saya sangat menyukai SOP, film dengan jalinan cerita yang twisted ditambah permaianan santai para aktor dan aktrisnya membuat film ini enak untuk ditonton. So menurut gua film ini recommended untuk ditonton.

Friday, April 9, 2010

COMING SOON : IRONMAN 2 (2010)

Genre : Adventure - Scifi
Directed by : Jon Favreau
Produced by : Kevin Feige, Avi Arad, Susan Downey
Starring : Robert Downey Jr. , Don Cheadle, Gywneth Paltrow, Scarlet Johansson, Mickey Rourke
Written by : Justin Theroux
Music by : John Debney, Tom Morello
Cinematography : Matthew Libatique
Edited by : Dan Lebental, Richard Pearson
Running time : unknown
Budget : US$ 200 millions
Distributed by : PARAMOUNT PICTURES

Salah satu ladang di tanah Hollywood adalah film superhero. Dari Superman, Batman, Spiderman bahkan ada yang direboot kembali. Kebanyakan kisah superhero diambil berdasarkan komik dan bisa disebutkan duo terbesar komik adalah keluaran DC dan Marvel. Dan beruntunglah kita, setelah era 2000, banyak sekali film superhero yang disadur dari komik. Terus terang, saya pencinta superhero tapi bukan fans setia komiknya. Selalu menarik untuk melihat bagaimana seorang karakter superhero divisualisasikan dalam sebuah film.

Di tahun 2010 ini muncul sebuah film superhero, yang sebenarnya sekuel dari film keluaran tahun 2008. Ironman berhasil meraup US$ 585 juta di seluruh dunia (US$ 318 di Amrik) Dengan bujet US$ 140 juta, jelas cukup menguntungkan.

Kita lihat posternya, yang merupakan sekuel kedua. Maka jelas terlihat dari judulnya Ironman 2. Seperti kebanyakan poster-poster film sekuel, mereka tidak sekedar menulis angka dari sekuel yang bersangkutan tapi juga memberikan visualisasi yang berhubungan dengan nomor sekuelnya. Disinipun diperlihatkan bahwa Ironman saling bertolak belakang dengan War Machine.


Sutradara yang bisa dianggap sukses menangani Ironman yang pertama, kini tetap dipercaya untuk menangani sekuelnya. Jon Favreau. Sebenarnya Jon adalah seorang aktor juga. Pernah mendampingi Ben Affleck di Daredevil. Pernah juga ikut ke asteroid dalam Deep Impact. Sedangkan sebagai sutradara, dia mungkin dikenal lewat Elf (Will Ferrel) dan film bertema serupa dengan Jumanji yaitu Zathura. Di Ironman pun dia pernah bermain sebentar sebagai bodyguardnya Tony Stark.


Pemeran Ironman a.k.a Tony Stark adalah aktor Robert Downey Jr. Namanya lebih meroket lagi setelah memerankan superhero berbaju besi ini. Ditambah tidak lama sebelum ini memerankan satu lagi karakter terkenal yaitu Sherlock Holmes membuat bintang Downey semakin meroket. Tapi saya mengagumi aktingnya di Tropic Thunder yang membuat dia mendapat nominasi aktor pendukung terbaik di Oscar 2009.



Sesuai dengan posternya, War Machine adalah partnernya Bung Manusia Besi (bukan Robocop ya). Sebenarnya di film pertama, Terence Howard yang bakal menjadi War Machine namun karena sesuatu dan lain hal, di sekuelnya ini digantikan oleh Don Cheadle. Menurut hemat saya, hal ini tidak akan terlalu berpengaruh kecuali kalo Cheadle yang menggantikan Downey jadi Ironman. Cheadle bukan aktor sembarangan, sempat mendapat nominasi Aktor terbaik Oscar lewat Hotel Rwanda. Pertama kali saya melirik Cheadle ketika dia bermain sebagai asisten Tommy Lee Jones di Volcano.

Ms. Potts...Ms. Potts. Anda tahu apa yang menarik buat saya di Ironman yang pertama. Bukan Ms. Potts sebenarnya tapi hubungan....atau mungkin interaksi yang terjadi antara Pepper Potts dengan Tony Stark. Malu tapi mau itu yang membuat film menjadi cukup menggemaskan. Sama seperti kedua aktor diatas, Paltrow pun bukan aktris sembarangan, menang Oscar sebagai aktris terbaik lewat film Shakespeare in Love. Tapi yang membuat saya menyukai Paltrow adalah ketika dia bermain bersama Jack Black dalam Shallow Hal.

Menurut kabar, salah satu villain di film ini adalah Whiplash. Setelah sekian lama tenggelam, Mickey Rourke berhasil bangkit lagi. Berkat perannya di Sin City, Rourke kembali dilirik untuk membintangi film-film Hollywood. Apalagi ditambah menang sebagai aktor terbaik Golden Globe dan nominasi aktor terbaik Oscar lewat The Wrestler. Jika diperhatikan Whiplash sama-sama mempunyai lingkaran energi di dadanya seperti Tony Stark.


Sam Rockwell ternyata pernah dipertimbangkan untuk menjadi Ironman sebelumnya. Jadi ketika ditawari peran sebagai Justin Hammer, dia pun langsung menerimanya. Dia pernah bermain di Charlie's Angels yang pertama.


Tambahan karakter baru lagi, Scarlett Johansson menjadi Black Widow atau nama aslinya Natasha Romanoff. Scarlett jelas membuat film ini lebih segar ditambah kostumnya yang menyerupai Cat Woman. Peran ini sebelumnya ditawarkan kepada Emily Blunt. Scarlett pun pernah mendapatkan nominasi untuk aktris terbaik Golden Globe lewat Lost in Translation bersamaan dengan film Girl in a Pearl Earring. Mungkinkah dia menjadi saingan Ms. Potts di film ini? We’ll see.



Terakhir, Nick Fury. Seorang tokoh kunci yang jelas akan menjadi pemersatu sebagian dari superhero keluaran Marvel, yang kelak akan bergabung dalam film The Avengers. Pernah tampil sekilas dalam Ironman di ending credits. Sebenarnya Downey pun pernah tampil sekilas di film Incredible Hulk versi Edward Norton. Pemeran Nick Fury adalah Samuel L. Jackson yang pernah mendapat nominasi Oscar lewat Pulp Fiction, lalu nominasi Golden Globe lewat Jackie Brown, A Time to Kill.

Dan mungkin yang jarang diperhatikan adalah Paul Betanny yang mengisi suara Jarvis, sang komputernya Tony Stark.

Melihat jejeran pemain yang berkaliber Oscar atau Golden Globe ditambah suntikan dana menjadi US$ 200 juta membuat Ironman 2 menjadi sebuah calon film blockbuster tahun ini. Mudah-mudahan Jon bisa membuat film ini lebih baik dari film perdananya. Karena menurut saya, film pertamanya sudah sukses sebagai film yang menceritakan asal mulanya Tony Stark menjadi Ironman, tapi endingnya sebenarnya masih bisa dimaksimalkan lagi. Mudah-mudahan dengan bantuan War Machine, Ironman bisa lebih seru membantai musuh-musuhnya. Dan jangan lupa, perhatikan Stan Lee akan hadir sebagai apa di film ini? Kabarnya film ini akan dirilis di Australia tanggal 29 April, di UK 30 April dan di Amrik 7 Mei. Tampaknya di Indonesia akan rilis tanggal 29 hari.

Saturday, April 3, 2010

THE DAY AFTER TOMORROW (2004)

Genre : Adventure - Sci-fi
Directed by : Roland Emmerich
Produced by : Roland Emmerich, Mark Gordon
Starring : Dennis Quaid, Jake Gyllenhaal, Emmy Rossum, Sela Ward, Ian Holm
Written by : Roland Emmerich
Music by : Harald Kloser
Cinematography : Ueli Steiger
Edited by : David Brenner
Running time : 124 minutes
Budget : US$ 125 millions
Distributed by : 20th CENTURY FOX

Jika anda tahu tentang film-film seperti Universal Soldier (Jean Claude Van Damme yang maen), Stargate (yang ini mungkin tidak semua orang tahu), lalu ada Independence Day (nah yang ini, saya yakin hampir semua moviegoers pasti tahu), kemudian Godzilla (saya suka versinya Emmerich). Jika anda tahu semua film diatas, belum tentu anda kenal dengan Dean Devlin. Siapa dia? Dialah rekanan produsernya Emmerich bahkan kadang dia ikutan menulis skenario dari film-film mereka. Setelah The Patriot, entah kenapa mereka tidak lagi bekerja sama. Mungkin hal ini sudah saya bahas waktu saya membuat review 2012. Kita langsung aja ke pokok permasalahan. Setuju?

Saat film The Day After Tomorrow (TDAT) rilis di bioskop, mungkin banyak yang tidak menyukai film ini. Namun ketika 2012 main di bioskop, banyak yang langsung membandingkan dengan TDAT. Dan banyak yang lebih menyukai TDAT, tapi ada juga sedikit orang yang lebih menyukai 2012. Yah, kembali ke selera masing-masing individu.

Tema cerita bisa dikatakan sama. Tentang bencana. Hanya waktu dan jenis bencananya yang berbeda. Emmerich pantang menyerah yah. Pertama dia ingin kiamat oleh alien. Gagal. Lalu kiamat oleh global warming, termasuk gagal juga. Lalu oleh solar flare. Next time apa nih, tabrakan planet?

Ya jujur aja, sebuah film disaster itu, makanan utamanya adalah adegan bencananya sendiri yang memang menakjubkan apabila sineas bisa menggarapnya dengan baik. Tetapi makanan penutupnya itu adalah harapan dari karakter-karakter dalam film yang bertahan untuk survive. Kadang-kadang hal seperti itu yang menyentuh hati para penonton. Diantara film-film disaster-nya Emmerich, di film inilah hope and survive-nya yang paling terasa. Disini saya lebih ikut terlibat dengan nasib para karakternya.

Adegan gelombang air yang menerjang kota New York sebenarnya tidak termasuk fresh, karena pernah kita temui dalam film Deep Impact hanya dipoles sedikit lebih dahsyat tapi tetap menegangkan lalu di 2012 dipoles lagi biar lebih dahsyat dikit daripada disini. Adegan angin puting beliung juga tidak orisinil, pernah ada di film Twister dan sekali lagi hanya dibikin lebih heboh karena terjadi di tengah-tengah kota (tapi masih terlihat spektakuler). Yang sedikit mengganggu adalah adegan dimana ada serigala-serigala berkeliaran. Ini mungkin memang bertujuan untuk menambah kadar adrenalin pada adegan mengambil penicillin di kapal laut yang nyasar masuk kota. Ditambah menurut saya film ini anti-klimaks. Karena sesudah adegan-adegan yang saya sebutkan, hampir tidak ada aspek lain yang patut diikuti. Seperti kekurangan bahan bakar untuk melanjutkan perjalanan, terengah-engah.

Satu hal yang selalu terngiang-ngiang setelah menonton film ini adalah musiknya yang menurut saya pas sekali. Seakan-akan menggambarkan kesuraman manusia akan nasib bumi dan mereka masih tidak peduli dengan apa yang akan terjadi dengan bumi. Dan saya rasa itulah yang memang terjadi di dunia ini. Saya rasa Emmerich ingin berbicara hal ini kepada dunia. Karena dia seorang sutradara, maka dia mengungkapkan kekhawatirannya lewat bahasa yang dia pahami. Ditambah ilmu marketingnya yang selalu pas untuk membuat sebuah film sesuai dengan isu dunia yang sedang terjadi. Musik digarap oleh Harald Kloser yang juga membuat music score untuk 2012 yang anehnya tidak ada musik yang benar-benar meresap di telinga (ini juga merupakan kekurangan 2012).

Sebenarnya saya menyinggung soal TDAT, karena faktor Jake Gyllenhaal. Menyambut Prince of Persia (POP) yang saya antisipasi tahun ini, dan dialah pemeran utamanya. Melihat trailernya cukup menjanjikan. Bisa dikatakan karena TDAT, Jake ikut terangkat pamornya ditambah aktingnya di Brokeback Mountain. Selain itu juga Dennis Quaid yang sempat tenggelam lama dan bangkit lagi setelah cerai dengan Meg Ryan. Juga si cantik Emmy Rossum pun ikut naik karirnya. Ada juga aktris Sela Ward yang pernah bermain sebagai istri Harrison Ford dalam The Fugitive.

Jadi menurut saya TDAT tidak terlalu bagus tapi cukup untuk menjadi favorit saya, karena saya suka film-film bergenre bencana. Jika dibandingkan dengan 2012, jelas film ini lebih baik. Maka saya merekomendasikan film ini untuk anda tonton jika anda belum menontonnya. Apalagi jika anda kecewa dengan 2012. Sekedar informasi, 2012 dengan bujet US$ 200 juta, sejauh ini meraup US$ 769 juta di seluruh dunia (US$ 166 juta di Amrik) sedangkan TDAT dengan bujet US$ 125 juta, meraih US$ 544 juta di seluruh dunia (US$ 186 juta di Amrik).

Powered By Blogger