Wednesday, February 16, 2011

BURIED (2010)


Suka film dengan solo performance atau karakter dengan jumlah minimalis? Menurut gua sangat sulit untuk membuat film sejenis ini. Harus banyak faktor pendukung yang solid untuk menjadikan film ini tidak membosankan. Baik itu skrip, dialog, setting, musik dan yang pasti kerja keras dari sang sutradara dan satu lagi yang jangan dilupakan, kekuatan akting tokoh utamanya.

Buried diawali dengan adegan dalam gelap (gua mengira filmnya rusak), hanya ada suara-suara. Jenius. Sudah terbayang bakal seperti apa film ini. Dan...muncullah tokoh utama kita. Untuk penonton cewek, Ryan Reynoldnya jangan langsung dipelototi karena sepanjang film hanya muka dia yang ada di layar nantinya takut mata kalian jadi merah dan iritasi. Untuk penonton cowok, mau dipelototi sampe drooling, silakan.

Bagi yang tidak suka tempat sempit, harap hati-hati menontonnya. (bawalah obat-obat yang diperlukan, untuk jaga-jaga) karena sepanjang film settingnya irit sekali hanya sekotak peti kayu. What a good script. Membosankan, it depends. Buat gua pribadi, film ini menghanyutkan. Gua dibuat menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya dan tambah penasaran. Ingin ku fast forward film ini cuma untuk mengetahui bagaimana endingnya.

Kesimpulan gua nonton film ini, menyesakkan. Menyesakkan karena membuat gua bagaikan terkurung dalam sebuah peti sempit. Ditambah penerangan yang pas-pasan. Benar-benar bikin paranoid. Again, akting Reynolds cukup memuaskan. Pandangan matanya pun penuh kekalutan. So far, inilah film terbaiknya meskipun mungkin dia bakal lebih terkenal dengan film berikutnya Green Lantern. Tapi tunggu sampai anda lihat ending dari film ini. Jangan lupakan jawaban-jawaban di telepon yang menambah frustasi saat menonton. I wonder kalo yang maen David Copperfield kayaknya 30 menit juga filmnya uda selesai.

Seperti sudah disebutkan di atas, TKP hanya terjadi di sebuah peti kayu tipe 1 (1 meter persegi maksudnya). Gerak kamera disini benar-benar efisien dan efektif untuk membuat perasaan penonton semakin sesak dan membikin penonton ikut merasakan apa yang dirasakan Paul Conroy ini.

So sekali lagi terbukti, bahwa membuat sebuah film bagus tidak perlu biaya yang luar biasa mahal, spesial efek canggih yang gegap gempita atau juga deretan aktor/aktris terkenal dengan bayaran yang sangat menggiurkan. Cerita yang bagus (bahkan yang sering difilmkan pun tidak jadi masalah) – pujian patut disematkan untuk Chris Sparling, skenario yang brilian dan diramu oleh sutradara yang pas, jadilah film yang bagus seperti ini.



Dengan senang hati gua merekomendasikan film ini untuk teman-teman yang mencari film-film yang tidak biasa, apalagi bagi yang mencari film yang membuat depresi. Tapi mungkin sedikit membosankan bagi mereka yang ingin mencari hiburan. Menurut gua, Pak Sutradara, Rodrigo Cortez karirnya bakal terbuka lebar.

Selama peredarannya Buried sudah mengumpulkan 18 juta dolar dari seluruh dunia dengan bujet 3 juta dolar.

Tuesday, February 15, 2011

DESPICABLE ME (2010)



Lagi demen nonton film animasi? Ga juga. Kebetulan aja nonton film ini, gua tidak berencana menontonnya. Begitu gua klik jari gua, muncullah dah film ini. Menonton tanpa ekspektasi apapun, bahkan ceritanya pun gua tidak tahu.

Graphis bagus tapi jagoannya tidak cantik atau ganteng. Hanya satu anak kecil itu, namanya Agnes yang imut-imut banget, pengen nyubit pipinya. Mengenai kualitas graphis, menurut hemat gua, jelas lebih unggul Toy Story 3. Tapi entah kenapa, kelucuan yang dilakukan para minion yang kelihatannya seperti tidak nyambung malah lebih menggelitik gua. Beberapa kali gua tertawa lepas menonton tingkah laku mereka. Dan pada saat lain, ada momen-momen yang sebenarnya mungkin terlihat biasa saja tapi malah membuat gua trenyuh, seperti adegan tiga anak itu memberikan celengan mereka. Nilai keluarganya dapet banget man.


Jalan cerita yang seperti tidak jelas di awal film kemudian semakin solid setelah 15-20 menit pertama. But again, Minions are the scene stealers. Karakter Gru banyak dijumpai di film-film Hollywood akhir-akhir ini. Teringat Mr. Bean yang tanpa ekspresi menaiki roller coaster, Gru pun sama hanya selanjutnya, beliau...(see for yourself). Selanjutnya apa yang terjadi dengan sosok Gru mungkin sudah bisa ditebak dari awal. Namun perjalanan menuju arah sana yang menarik. Penuh gelak tawa dan haru. Maybe it’s because I am a family man now, makanya gua lebih suka film ini daripada Toy Story 3 (well, that’s my little defense)



Steve Carrell, wajahnya tidak gua perhatikan dalam Bruce Almighty. Kemudian bermain dalam serial The Office, mulai kenal namanya. Terkesan dengan penampilan kocaknya di Get Smart. Setelah Horton Hears Who, Carrell kembali menjadi pengisi suara.
Jason Segel, I know him from serial How I Met Your Mother yang bermain sebagai Marshall dan lucu dia pernah bermain dalam film komedi berjudul Forgetting Sarah Marshall.
Julie Andrews, setelah menontonnya lewat Princess Diaries, gua baru menyadari well beliau yang bermain dalam The Sound of Music. Luar biasa aktris yang sudah menginjak usia 75 tahun ini, masih aktif dalam dunia perfilman.


Pierre Coffin sang sutradara baru kali ini menyutradarai film panjang. Dan partnernya Chris Renaud, setelah berpengalaman sebagai bagian animasi untuk Ice Age : Dawn of The Dinosaurs dan Horton Hears Who. Bahkan mereka berdua mengisi suara kawanan Minion.


95 menit adalah durasi yang pas untuk film ini, kalo durasinya lebih lama mungkin malah akan membosankan. Sebagai tambahan bujetnya 69 juta dolar, sudah menghasilkan 251 juta dolar di seluruh dunia. Di credit title ada cuplikan adegan para Minions yang sekali lagi sebenarnya tidak penting tapi cukup memancing tawa.

Wednesday, February 9, 2011

TOY STORY 3 (2010)


Sebenarnya hype film ini uda lewat. Film paling laris di Amerika Utara tahun 2010 yang meraup 1 milyar dolar di seluruh dunia dan gua baru nonton film ini di awal tahun. Mungkin banyak yang sedikit pesimis dengan sekuel ini (well mungkin pesimis bukan kata yang pas, khawatir lebih tepat), mau apa lagi kawanan koboi dan robot luar angkasa beserta teman-temannya ini. Tetapi nama besar PIXAR mampu mencairkan kekhawatiran itu karena selama ini produk PIXAR selalu luar biasa atau istimewa. Sehingga tidak sedikit pula yang menantikan kehadiran film ini.

Terentang jauh dari tahun 1995, begitu juga sekuelnya tahun 1999. Kini Andy pun sudah besar dan akan menjadi seorang mahasiswa. Dari sinipun sudah terlihat bahwa PIXAR begitu pintar membuat sebuah ide cerita baru dengan formula lama. Yang jelas kualitas graphis begitu memukau, membuat gua selalu terpana di setiap adegan (mengagumi graphisnya). Cerita makin dewasa karena karakter manusianya pun semakin dewasa (tapi anehnya mainan-mainan Andy tetap mengkilat) dan lebih diperlihatkan di layar dibandingkan dulu. Gua yang ga nyadar atau memang film ini, iringan musiknya lebih sedikit dibandingkan dua film sebelumnya. Kalo kita perhatikan dari semua film Toy Story adalah aksi-aksi penyelamatan ala Mission Impossible versi kartun, yang merupakan poin menarik dari trilogi Toy Story ini.


Hilangnya beberapa karakter tentu saja digantikan oleh mainan-mainan baru. Tapi dua tokoh utamanya tetap Woody dan Buzz Lightyear yang diisi suara oleh Tom Hanks dan Tim Allen. Btw, unsur komedinya agak menurun dibandingkan yang pertama dan kedua atau karena hati gua lagi beku, ya?  Menghadirkan tokoh Ken dan Barbie cukup memberi rasa segar dan beberapa kelucuan. Adegan menjelang akhir cukup memberi warna yang berbeda dan tak ubahnya seperti karakter-karakter manusia yang menjelang kematian. Cukup menyentuh but tipikal Hollywood hanya belum pernah terjadi dengan mainan yang hidup hehehe... Bahkan cukup kelam dengan adegan Lotso cs duduk di belakang mobil tersiram air hujan. I like that scene.

Jika dilihat dari beberapa film PIXAR terakhir seperti Wall-E dan UP, Toy Story 3 ini ceritanya lebih ringan walaupun demikian bukan berarti tidak ada pesan moral yang tidak bisa diambil dari film ini, ada tentang persahabatan dan kekeluargaan.

Adegan akhir memang bagus tapi tidak begitu memorable buat gua (apakah gua mati rasa ya?). Gue menonton semua film Toy Story dari yang pertama sampai yang terakhir, so sudah pasti gua tahu pengalaman panjang cerita mereka dan terus terang mungkin karena dulu ga punya mainan-mainan yang sering gua maenkan Mungkin hal itulah yang membuat hati gua tidak terlalu meresapi inti dari film ini. Tapi bisa dibilang penutup yang bagus dari sebuah trilogy. Kalo dibandingkan dengan UP, gua masih lebih suka UP (walaupun gua pun tidak terlalu suka UP). So ranking tertinggi film PIXAR kesukaan gua tetap Finding Nemo, Wall-E dan Cars.
Perlu ditambahkan bahwa film ini mendapat piala film animasi terbaik dari Golden Globe.
Powered By Blogger