Wednesday, January 25, 2012

SOURCE CODE (2011)


Mungkin banyak yang tidak mengenal siapa Philip K. Dick. Bagi penggemar film pun, mungkin tidak banyak yang mengetahui siapa beliau. Tapi jika disebutkan Blade Runner, Minority Report, Paycheck, nah film-film itu berdasarkan cerpen karya Pak Philip ini. Kesamaan diantara kisah-kisahnya yaitu settingnya yang bisa dibilang futuristik, di masa yang akan datang. Atau paling tidak berhubungan lekat dengan tehnologi yang bisa dibilang hasil daya khayal yang luar biasa hebat. Tapi ternyata film ini bukan berdasarkan cerpennya Philip K. Dick, padahal pertamanya gua menyangka seperti itu.

Film dengan alur seperti ini sangat gua suka. Seperti Groundhog Day yang kejadiannya berulang-ulang terus setiap hari, tapi Source Code berulang-ulang setiap 8 menit. Lebih singkat. Jadi kalo film berdurasi 120 menit maka adegan akan berulang sebanyak 15 kali. (ngapain ya gua ngitung kayak gini). Tapi jangan takut, cerita tidak akan berulang sebanyak 15 kali. Dan cerita pun tidak akan berkisar pengulangan adegan-adegan yang sama. Cerita akan berkembang, berbunga, tumbuh mekar. (apapun istilahnya itu). Sebagai referensi, gua suka film sejenis Groundhog Day, Snake Eyes, Jackie Brown dan Vantage Point. Tapi berbeda dengan ketiga film yang gua sebutkan terakhir, film ini bukan mengambil dari sudut pandang berbagai karakter dalam film. Sedangkan Source Code hanya mengambil sepenggal kisah kehidupan berbagai orang dalam kereta yang sama selama 8 menit. Ga seru dong ceritanya. Ya sekali lagi kalo buat gua sih film sejenis ini sangat menyenangkan. Sangat menggugah selera (emang makanan). Dengan tambahan sedikit bumbu science fiction, film ini cukup masuk ke dalam nalar, bahkan sangat mengasyikan untuk ditonton. Sekali lagi, karena alur seperti ini merupakan salah satu favorit gua. Adegan-adegan yang diulang pun tidak selalu harus 8 menit, bahkan ada beberapa adegan yang hanya dilihat ledakan terakhirnya saja, sehingga penonton tidak bosan.

Yang selalu bikin gua salut dengan film beralur seperti ini, adalah pengambilan gambar dan editingnya, yang entah bagaimana cara kerjanya. Karena dengan kepiawaian para pelaku (kok kayak kriminalitas) kedua aspek tersebut di ataslah yang membuat film menjadi menarik, tentu saja berkat panduan sang sutradara.

Jake Gyllenhaal, yang pertama kali terperhatikan oleh gua lewat The Day After Tomorrow, lalu Brokeback Mountain (tapi gua belum nonton) lalu kembali semakin mengukuhkan namanya di hati gua (hahaha) lewat perannya di Prince of Persia (salah satu film favorit gua based on game). Disini Jake tampil ya cukup lumayan. Ga spesial amat. Cuma kebingungannya di awal cukup meyakinkan. Yang menarik perhatian gua, justru penampilan Michelle Mognahan dan Vera Farmiga. Mognahan berhasil sebagai magnet di film ini dan Vera Farmiga (meskipun tidak terlihat dominan) berhasil sebagai scene stealer dengan hanya banyak terlihat bagian wajahnya saja tapi cukup memberikan karakter yang kuat. Gua mulai suka Vera Farmiga sejak nonton di Up In The Air.

Sebenarnya tema cerita tentang pemboman oleh seseorang sudah sering difilmkan. Tapi lewat tangan sutradara Duncan Jones, dibuat dengan sedikit gaya yang berbeda. Dan hasilnya membuat film ini menjadi salah satu favorit gua tahun 2011. Sedikit tambahan, dengan bujet 32 juta dolar film ini menghasilkan 123 juta dolar di seluruh dunia.

Ya sekali lagi, jangan terpaku pada penilaian gua, karena sudah terbukti beberapa kali, selera gua sedikit berbeda dengan kebanyakan orang-orang. Untuk lebih jelasnya dan biar pastinya, turunkan ekspektasi teman-teman sebelum menonton film ini. Sehingga tidak terlalu kecewa setelah menonton. Ya 8 menit memang singkat tapi dalam 8 menit banyak hal yang bisa terjadi. Jadi jangan sia-siakan 8 menit teman-teman (sedikit wejangan, maklum umur sudah menua setahun tahun ini)

Powered By Blogger