Adegan kecelakaan di awal film cukup mengagetkan. Gua salut dengan adegan kecelakaan mobil Hollywood masa kini. Betul-betul terlihat nyata dan dengan dibantu oleh sound yang dahsyat membuat adegan itu terserap beberapa menit sebelum menghilang. Screenplay yang ditulis oleh Christopher B. Landon dan Carl Ellsworth menawarkan ide lama yang segar di awal film sampai pertengahan film. Lalu semua seakan-akan kembali ke atmosfer usang yang sering menjadi trend film-film sejenis. Atau mungkin ini salah sang sutradara D.J. Caruso, yang sangat bagus di awal tapi terjebak dengan rutinitas film bergenre sama. You know, tokoh antagonis bisa ada dimana-mana dan sangat-sangat kuat. Boring. Untung film hanya berdurasi 105 menit.
Bayangkan semua terjadi di sekitar rumah Kale. Kalo dibuat dengan tidak “pintar“, penonton akan gampang dibuat bosan. Namun hal ini tidak terjadi di paro pertama film. Gua sangat ingin mengikuti apa yang akan tersaji di menit-menit berikutnya. Dan film ini kehilangan “kesaktiannya“ di paro akhir. Bahkan penampilan Ashley (Sarah Roemer) pun tidak membantu lagi. Tidak menggemaskan lagi.
Bayangkan semua terjadi di sekitar rumah Kale. Kalo dibuat dengan tidak “pintar“, penonton akan gampang dibuat bosan. Namun hal ini tidak terjadi di paro pertama film. Gua sangat ingin mengikuti apa yang akan tersaji di menit-menit berikutnya. Dan film ini kehilangan “kesaktiannya“ di paro akhir. Bahkan penampilan Ashley (Sarah Roemer) pun tidak membantu lagi. Tidak menggemaskan lagi.
Sang ayah diperankan oleh Matt Craven (dia ini cameo atau bintang tamu yah). Lalu sang ibu diperankan oleh The Trinity, Carrie Ann-Moss. Masih terbayang di benak gua sebagai Trinity. Tendangan melayangnya memang mantap. Well disini dia hanya seorang ibu biasa.
Bahkan kesan pertama gua melihat Mr. Turner (David Morse), adalah tertawa dengan potongan rambutnya Dan sayangnya hal itulah yang terjadi, gua nyengir terus begitu Mr. Turner muncul di layar. Mr. Turner...Mr. Turner...
Sebenarnya film sudah menarik dengan memasukkan peralatan modern yang digunakan oleh Kale dan temannya, Ronnie (Aaron Yoe). Hal ini menambah modernitas dalam film sehingga kaum muda akan tertarik. Dan buat gua, itu sebuah ide yang bagus. Hanya kebodohan-kebodohan kecil yang terlihat rancu (tidak dijelaskan di film) ketika bunyi kaca atau percikan listrik, apakah benar bisa terdengar sampai ke luar. Bikin gua sedikit bingung. Tapi anggaplah terdengar sehingga membuat film ini menjadi lebih mendebarkan. Bisa dibilang, adegan-adegan menegangkannya kurang panjang sehingga kita masih diberi waktu untuk menghela napas. Harusnya tancap terus. Dan bersamaan dengan itu, durasi film dikurangi lagi 15 atau 20 menit. Maka, pas lah ramuan untuk film ini.
Banyak yang mengatakan Disturbia adalah versi baru dari Rear Window-nya Alfred Hitchcock. Gua ga bisa komen karena gua belum nonton film itu.
Sebenarnya film sudah menarik dengan memasukkan peralatan modern yang digunakan oleh Kale dan temannya, Ronnie (Aaron Yoe). Hal ini menambah modernitas dalam film sehingga kaum muda akan tertarik. Dan buat gua, itu sebuah ide yang bagus. Hanya kebodohan-kebodohan kecil yang terlihat rancu (tidak dijelaskan di film) ketika bunyi kaca atau percikan listrik, apakah benar bisa terdengar sampai ke luar. Bikin gua sedikit bingung. Tapi anggaplah terdengar sehingga membuat film ini menjadi lebih mendebarkan. Bisa dibilang, adegan-adegan menegangkannya kurang panjang sehingga kita masih diberi waktu untuk menghela napas. Harusnya tancap terus. Dan bersamaan dengan itu, durasi film dikurangi lagi 15 atau 20 menit. Maka, pas lah ramuan untuk film ini.
Banyak yang mengatakan Disturbia adalah versi baru dari Rear Window-nya Alfred Hitchcock. Gua ga bisa komen karena gua belum nonton film itu.
Walaupun demikian, ada hal-hal bagus di film ini. Di awal, Shia bisa mengekspresikan bagaimana ketika dia melihat ayahnya meninggal. Tanpa dikasih liat pun, kita bisa menebak apa yang terjadi. Juga ketika dia masuk lagi ke ruangan bapaknya, lalu ketika dia merasa bersalah atas apa yang telah terjadi. Gua dapet ekspresinya. Dibandingkan film ini, gua lebih suka duet Caruso dan Shia di film selanjutnya, Eagle Eye.
Gua suka penampilan Shia disini. Dia bisa membuat kita bersimpati. Sikap humorisnya yang malu-malu terlihat. Ketakutannya tergambar dengan pas. Jelas dia memang salah satu bintang masa depan. Film berbujet US$ 20 juta ini berhasil mengeruk US$ 117 juta di seluruh dunia. Dan gua memuji Caruso yang berhasil memaksimalkan bujet untuk membuat film yang menarik (sekali lagi, diluar terperangkapnya film ini dengan film bergenre sama). Di luar hal itu, gua menganggap film ini diatas rata-rata (sedikit aja)
3 comments:
yup kalo engga salah re-make dari rear window... disturbia lumayan bagus tapi saya lebih suka versi originalnya, sy nonton si TV ( RCTI apa SCTV.. lupa)
gua belum nonton bro, sulit untuk cari film-film lama :D
ya kalo cari film2 lama bisa sy dpt di OL shop.. tp yang lokal .. ada tuh satu web.. tapi copy-an .. murah.. hasilnya mirip ori tp skrg ngilang... kalo engga ada lagi namanya "dvdexchange" kalo engga salah...
Post a Comment