Saturday, May 7, 2016

THE 5TH WAVE (2016)


Liat posternya sih kayak menjanjikan

 Saya nonton ini tanpa tahu sama sekali mengenai ceritanya seperti apa.  Hanya tahu pemainnya Chloe Grace Morets.  Yeah, pemain Hit girl di Kick Ass.  Adegan awal film, wow. Film Alien ternyata.  Adegan-adegan ‘menyerang’ bumi, keren. Saya terpikat. Namun setelah berjalan sedemikian rupa, film berubah menjadi film survival, saya suka film survival apalagi karena invasi alien ataupun bencana alam atau bahkan zombie.  Namun lama-kelamaan, kok kayak novel-novel remaja masa kini.  Saya googling ternyata bener, ini adaptasi dari novel trilogy karangan Rick Yancey.  Bahkan novel ketiganya mau terbit bentar lagi. Bulan Mei kalau ga salah baca.

Oke, lanjut. Drama romantisme kalau dibikin bagus, ya bisa jadi bagus.  Namun tunggu tak kunjung datang.  Film terperangkap dalam acara terjun bebas dari adegan-adegan awal yang menarik minat saya, malah membuat saya berharap kapan film akan berakhir.   Setelah paruh pertama film, tidak ada lagi ketegangan invasi alien, romantismenya pun sudah sering dilihat dari film sejenis.  Adegan aksipun terasa tanggung banget dan biasa sekali menurut saya.  Twist yang ditengah, saya sudah menduganya jadi tidak memberikan kesan yang berarti.

Saya belum baca novelnya, jadi tidak tahu apakah novelnya lebih seru atau gimana. Tapi yang pasti, saya hanya berharap tidak bisa lebih (berharap karena kasihan sebenarnya).  Mudah-mudahan jika tetap dibuat kelanjutannya.  Bisa dibuat lebih baik dari perintisnya ini.  Dilihat dari bujetnya yang 38 juta dollar, dan meraup 109 juta dolar dari peredarannya di seluruh dunia.  Mudah-mudahan bisa dibuat kelanjutannya.  Tapi karena memang dari dulu gemar nonton film, ya film apapun pasti saya tonton.  Termasuk sekuel dari fim ini kalau memang dibikin kelanjutannya.

Aktingnya Chloe not bad lah.  Filmnya yang bad hehehe

Chloe aktingnya sih cukup baiklah disini.  Hanya sayang akting pemain lainnya kurang berkembang.  Sekali lagi, sayang film survival ini tidak bisa memberikan efek klimaks ke saya. Padahal saya suka film dengan genre begini.  Jadi jika anda penggemar Chloe, silakan nonton film ini. Tapi kalo anda penggemar film genre survival apalagi akibat invasi alien, silakan pikir-pikir lagi sebelum anda menghabiskan waktu 1 jam 52 menit.  Terus terang saya masih lebih suka The Host-nya Saoirse Ronan.

Thursday, May 5, 2016

STAR TREK (2009)




Sudah lama banget dulu nonton film ini, hanya belum sempat bikin review.  Kayaknya waktu itu saat saya lagi malas-malasnya bikin review, sekarang mau diniatin lagi bikin review.  Mudah-mudahan tetap semangat hehehe.  Kemaren sempet nonton lagi film ini, karena sebelumnya saya nonton Star Wars 7 : The Awakening Force, karya J.J. Abrams juga.  Karena sutradaranya sama, makanya tiba-tiba saya pengen nonton Star Trek lagi.  Maaf bagi Trekkie, saya tidak suka nonton Star Trek versi lama.  Entah kenapa malas saja nontonnya.  Jadi bisa dibilang saya tidak tahu sama sekali berbagai jenis film Star Trek sebelum ini.  Kecuali karakternya Spock, itu saya tahu.

Saya suka film-filmnya Abrams, bahkan berbeda dengan orang lain, Mission Impossible 3 adalah film favorit saya dari semua franchisenya Mission Impossible.  I like Super 8.  Jadi ketika mendengar Star Trek akan direboot oleh Abrams, saya antusias sekali.  So sebagai bukan penggemar Star Trek yang dulu, inilah opini saya tentang film Star Trek.

Film dibuka dengan cukup dramatis menurut saya. A new born yang bagus sebagai adegan pembuka.  Dan memang kemudian adegan-adegan seru penuh aksi, adegan drama dan pameran visual effect bersatu padu dengan pas sampai akhir film.  Abrams, as I said, you are a brilliant director.  Abrams berhasil membuat saya yang bukan penggemar Star Trek, jadi sangat menyukai Star Trek lewat film ini.  Mungkin salah satu alasan saya tidak menyukai Star Trek versi jadul adalah teknologi visual effect yang jelas jauh lebih bagus sekarang daripada dulu.  Tapi disini, special effect itu tidak berlebihan tapi memang pas mendukung ceritanya.


Chris Pine sebagai Captain Kirk pas, cerdas dan nakalnya merupakan kombinasi yang cocok jadi kapten kapal pesawat luar angkasa.  Padahal saya juga cerdas dan nakal lho hahahaha.  Tapi diantara semua yang paling pas menurut saya adalah Zachary Quinto sebagai Spock.  Tidak disangka Quinto yang tadinya berperan sebagai villain di serial Heroes, bisa bermain sangat-sangat pas sekali sebagai Spock.  Makanya begitu tahu Quinto dipilih sebagai Spock. Saya langsung memuji casting departmentnya film ini dan Abrams tentu saja.  Ensemble pemain lain seperti Zoe Saldana, Karl Ubran, John Cho, Anton Yelchin dan Simon Pegg, tidak menonjol di antara mereka semua tapi pas.  Pokoknya semuanya pas di film ini. 

Bahkan istilah-istilah teknologi dalam film ini, saya bisa mengerti.  Tapi entah itu karena saya cerdas seperti yang saya bilang tadi atau memang Abrams berhasil menerangkannya dengan pas di film ini.
Hmm..mungkin bagi yang tidak mengenal tokoh villain di film ini.  Yah, dia Eric Bana. Pemain Hulk di film Hulk besutan Ang Lee.  Ada sedikit becandaan.  Well, you could say “Hulk beats Thor in this movie”  karena pemain ayahnya Captain Kirk di film ini adalah Chris Hemsworth.

So Abrams does it again.  Film ini pas sekali ramuannya antara drama, aksi, humor dan kinerja special effectnya.  Sekali saya sebagai bukan penggemar Star Trek, mampu dibuat Abrams menjadi seorang yang menyukai Star Trek lewat film ini, meskipun saya tetap tidak berniat menonton film-film Star Trek yang dulu, tapi lewat film ini, paling tidak saya jadi berniat untuk menunggu film-film Star Trek berikutnya.  Hanya agak sedikit membingungkan disini adalah tentang time travel, jadi kalau ingin menonton film ini, pay more attention to the thing about time travel.  Kalo saya, sekali lagi karena tadi saya bilang saya juga cerdas kayak Captain Kirk, jelaslah saya mengerti tentang time travel di film ini hehehe.

Seperti yang saya bilang tadi, saya nonton ini karena saya menonton Star Wars 7 : The Force Awakens jadi teringat karya Abrams yang satu ini juga.  Jadi lebih bagus mana antara Star Trek dan Star Wars 7 menurut saya?  Hmm…tunggu saja review saya tentang Star Wars 7 : The Force Awakens. (smiles)

Thursday, April 28, 2016

BATMAN V SUPERMAN : DAWN OF JUSTICE (2016)




Terakhir nonton di bioskop adalah film Man of Steel atau Frozen nya Disney, lupa-lupa ingat.  Yang pasti tidak nonton di bioskop sudah lebih dari setahun.  Sudah lama, iya, memang nasib saya.  Man of Steel kenapa saya nonton di bioskop, jelas karena saya penggemar Superman.  Frozen kenapa nonton di bioskop, karena anak saya mau nonton Frozen.  Sekarang muncul Batman V Superman : Dawn of Justice. (saya singkat BVS aja), jelaslah saya harus nonton di bioskop.  Meskipun banyak kontroversi tentang film ini, yang mulanya membuat saya enggan nonton (alasan aja sebenarnya).  Tapi yang memaksa saya harus nonton adalah dipostingnya japrian saya dengan teman satu grup di forum, dimana saya bilang saya akan nonton film ini minggu depan.  Maka oleh sebab itulah, saya mau tidak mau harus menonton film ini di bioskop.

Mungkin bagi yang sudah baca review saya soal Man of Steel, bisa tahu bahwa saya tidak terlalu menyukai Man of Steel.  Bahkan saya lebih menyukai Superman Returns.  Yang bilang gua penggemar boy band karena lebih menyukai Superman Returns, peduli amat. Hak-hak orang lebih suka yang mana.  Selera tiap orang kan beda-beda.  Ngapain harus dipaksa, toh saya tidak memaksakan orang harus lebih suka Superman Returns.  Marah-marahnya selesai, kembali ke review BVS.

Saya suka superman tapi bukan berarti saya mengikuti komik keluaran DC ini secara kontinyu.  Bahkan saya tidak tahu persis apa yang sudah DC lakukan dengan superhero favorit saya ini juga dengan superhero-superhero lainnya yang tergabung dalam Justice League. Jadi satu-satunya referensi saya adalah novel karangan Roger Stern yang terdiri dari 2 jilid.  Itu satu-satunya referensi saya, dan ternyata beda jauh sama novelnya.  Yah bisa dibilang beda jauh sih hehehehe.  Meskipun mungkin basicnya hampir sama.
Well, mungkin bagi penggemar Batman-nya Nolan, mungkin akan sedikit terusik karena disini dikisahkan kembali masa mudanya Bruce Wayne dimana saat orang tuanya meninggal. Banyak yang mengasumsikan V disini mempunyai arti film kelima dari DC yang mengacu pada Justice League (walaupun saya tidak melihat Batman-nya Nolan mempunyai koneksi dengan Justice League).  Tapi kenapa ada kisah baru yang menceritakan backgroundnya si Bruce.  Ternyata ini ada tujuannya, saudara-saudara.  Watch carefully adegan ini.  Kemudian juga ada sekilas menyinggung cerita di Man of Steel. Jadi saya sarankan sebelum menonton film ini, tonton dulu Man of Steel.

Kembali ke film, banyak yang menganggap V di tengah itu adalah versus.  Mungkin ini juga salah satu ide dari sineas untuk menarik minat penonton. Karena tokoh Superman dan Batman sudah melegenda sekali.  Bisa dibilang dulu apalagi sekarang, orang-orang pasti tahu siapa itu Superman dan Batman.  Makanya hype film ini sangat luar biasa, apalagi calon penonton mengetahui bahwa Superman akan bertarung dengan Batman, Manusia baja bertarung dengan Manusia Kelelawar. Kalau kata Lex Luthor Day vs Night.  Kapan lagi menonton mereka bertarung di film layar lebar, bukan di film animasi yah (karena setahu saya, ada adegan mereka bertarung di salah satu film animasi keluaran DC)

Hype yang luar biasa ini jelas sangat menguntungkan buat film yang bersangkutan, banyak orang menanti-nanti kapan film ini rilis.  Dari pemilihan pemeran Batman pun, orang-orang sudah ramai membicarakannya.  Ketika Ben Affleck terpilih untuk jadi Batman, banyak orang sangsi apakah Affleck bisa menyamai penampilan Bale yang bisa dibilang sangat membekas di benak moviegoers.  Kalau buat saya, bukan faktor itunya yang mengganggu.  Bahkan bisa dibilang dari jaman Batman-nya Michael Keaton, Val Kilmer, George Clooney sampai jamannya Bale, tidak terlalu masalah buat saya.  Banyak juga yah pemeran Batman, belum dihitung dari serial televisi dan film Batman jadul.  Yang mengganggu saya adalah dulu itu Ben Affleck pernah bermain sebagai seorang superhero juga, Daredevil. Yang lucunya  Daredevil itu superhero dari kubu Marvel.  Agak kurang sreg di situ aja.  Kejadian waktu dulu saat Chris Evans jadi Human Torch lalu bermalih rupa menjadi Captain America.  Untung Evans pas banget memainkan karakter si Captain.  But at least kedua karakter itu tetap sama-sama dari marvel.  Terlalu panjang kalau saya sebut aktor atau artis lain yang punya double power hehehe.


Tapi ternyata Affleck bisa membuat image batman yang baru, yang sangar fightnya, brutal. Menurut saya ini fighting batman yang paling keren.  Bagaimana dengan Cavill sebagai Superman?  Sebenarnya sama saja sih dengan performancenya di Man of Steel.  Sebenarnya kalo berdasarkan cerita, beban akting ada di tangan Cavill, karena disini Superman mengalami pergolakan batin yang luar biasa. Tapi sayang kok saya tidak terlalu dapat feelnya di sini.  Cuma saya suka disini Cavill cukup banyak berperan sebagai Clark Kentnya.  Itu yang tidak terdapat di Man of Steel.  Yang membuat saya kurang menyukai Man of Steel.
Amy Adams sebagai Lois Lane, mungkin karena pengaruh skenario bisa dibilang “peran pembantu” disamping Diane Lane sebagai Martha Kent, juga Laurence Fishburne.  Untuk Jeremy Irons yang berperan sebagai Alfred, meskipun tidak tampil cukup banyak, tapi saya suka karakter Alfred yang dimainkan oleh Irons.  Jangan bandingkan dengan permainan Michael Caine di Batman-nya Nolan, yang cukup dominan di film.  Disini karakter Alfred memang mendapat porsi tidak cukup banyak.

Nah karakter lain yang pastinya sangat membuat penilaian penonton naik untuk film BVS. Hampir semua memuji penampilannya, bisa dibilang hampir semua terpesona adalah karakter yang dimainkan oleh Gal Gadot.  Kehadirannya sangat luar biasa ketika muncul menjadi superhero pertama kali, ditambah musik garapan Hans Zimmer dan Junkie XL menambah kekerenan adegan munculnya superhero satu ini.  Sang villain, mungkin cukup membosankan, dia lagi, dia lagi. Lex Luthor yang selalu muncul di setiap film Superman.  Sebenarnya musuh Superman banyak, tapi tampaknya yang cukup beruntung yah Lex Luthor yang selalu dipilih.  Diperankan Jesse Eisenberg.  Biasanya Lex tampil botak, kini dia tampil berambut dan saya yakin itu bukan rambut palsu.  Lex disini dibuat seperti urakan, cara ngomongnya nyeleneh tapi jelas terlihat jenius.  Mungkin banyak yang tidak suka performance Eisenberg disini, but for me, cukup kerasa kelicikannya.  Namun jangan khawatir, ada musuh lain selain Lex Luthor disini.  Sayangnya sudah dibocorkan lewat trailernya. Sayang sekali jadi tidak surprise.


Bagi penonton awam, hampir sepertiga atau dua pertiga film, alurnya seperti loncat-loncat tidak beraturan, bahkan adegan aksi pun minim sekali.  Cenderung membuat malas dan bisa buat penonton tertidur.  Sebelah saya tertidur buktinya.  Ini memang berat buat Synder, karena “harus” memaksakan unsur Justice League lewat film ini.  Seperti yang kita tahu, Marvel sudah start lebih awal memulai dunianya marvel.  Marvel merilis satu-persatu superheronya yang kemudian semua tergabung dalam The Avengers.  Jadi ketika The Avengers rilis, marvel tidak perlu memperkenalkan lebih detil para superheronya, karena mereka sudah digambarkan di film mereka masing-masing.  Tinggal karakter-karakter tambahan yang perlu diulas.  Nah DC memakai taktik lain, DC melakukan reverse dari tokoh-tokohnya.  Setelah BVS, baru DC membuat film masing-masing untuk sebagian superheronya.  Sebenarnya cukup pas strateginya mengingat mereka “terlambat” dibandingkan marvel.  Hanya sekali lagi saya bilang, beban berat buat Synder.  Lihat saja hasil karya Synder jika tidak dibebani, Watchmen yang terdiri lebih dari satu superhero berhasil menjadi film favorit banyak orang termasuk saya.  Tapi ya itu Watchmen tidak diembel-embeli beban untuk menjadi “Justice League”.  Sedangkan untuk menuju Justice League, DC hanya baru membuat satu film, yaitu Man of Steel.  Bayangkan repotnya Synder.  Banyak yang bilang, mending Nolan aja yang jadi sutradara BVS karena dia sukses dengan Batman.  Well, bukan membela Synder.  Nolan kan hanya membuat film satu superhero, Batman, sedangkan Synder membuat film dengan tiga superhero dan harus berkaitan dengan Justice League.  Makanya ide memperkenalkan superhero lain melalui … kalau saya bilang akan mengurangi keasikan menonton.  Intinya menurut saya, ide memperkenalkan superhero yang lain itu cukup cerdas, mengingat waktu bagi DC yang sudah “terlambat”

Jadi adegan-adegan awal yang terlihat tidak beraturan, terus terang bagi penonton awam yang tidak suka baca komiknya mungkin akan bingung.  Sayang sebenarnya. Tapi bagi saya, saya merasa adegan-adegan yang kesannya tidak berhubungan itu, harusnya akan dimengerti ketika nanti kita menonton film-film DC berikutnya.  Saya harap begitu, jadi sekarang masih dibuat tanda tanya dulu apa maksudnya beberapa adegan tersebut.  Jadi poin kekurangan BVS untuk sementara ini adalah alur cerita awal yang membingungkan banyak orang.  Tapi hampir sepertiga akhir film, jelas inilah yang ditunggu-tunggu penonton.  Adegan aksi yang luar biasa dahsyat.  Bisa dibilang bagi penonton awam, kekesalan mereka di awal terbayar dengan adegan-adegan yang menegangkan yang diiringi oleh musik Hans Zimmer yang menggetarkan.

Bagi saya, BVS kalau dilihat sebagai satu film lepas, BVS hanya mendapatkan pujian di sepertiga paruh akhir film.  Tapi kalau dilihat dari kesinambungannya dengan Justice League, saya cukup puas dengan BVS.  Hanya DC terlalu “ingin” mempromosikan filmnya sehingga trailernya membuat kurangnya surprise ketika menonton filmnya.   Untungnya, saya lihat BVS mendapatkan hasil box office yang lumayan, dimana saya berharap DC tetap “semangat” untuk melanjutkan ke phase Justice League.  Meskipun banyak juga mendapat kritikan tapi saya harap DC lebih memperbaiki kondisinya untuk film-film berikutnya.
So sebagai film Superman, Saya lebih suka ini daripada Man of Steel dan Superman Returns.  Gal Gadot bisa dibilang scene stealer di film ini.  Sepertiga akhir fim bisa dibilang salah satu klimaks film superhero yang paling seru.  Dan terutama “nyambungnya” ke Justice League yang saya suka.  Oh satu lagi, fightnya Batman keren banget.  Dan music score pengiring munculnya Gal Gadot sebagai superhero masih terngiang-ngiang sampai sekarang.

Thursday, August 13, 2015

ARROW SEASON ONE EPISODE 2 (2012)



 Lanjut ke episode 2, masih melanjutkan penasaran dengan ending dari episode pilotnya.  Kini episode 2 mengambil judul honor thy father.  Masih penasaran dengan apa yang terjadi dengan 5 tahun, Oliver menghilang.  Mulai muncul ungkapan “You failed the city” yang bakal jadi trademarknya si Arrow di kemudian hari.  Kisah cintanya dengan Laurel masih bikin penasaran.  Ending dari episode 2 ini dijamin tetap menimbulkan rasa penasaran untuk lanjut ke episode 3.  Adegan aksinya masih tetap memukau.  Bahkan ada sedikit gregetan melihat hubungan Oliver dengan bodyguardnya. Yang jelas bukan hubungan cinta, jangan khawatir hehehe.  Entah kenapa saya sedikit dejavu dgn salah satu adegan disini, mengingatkan saya pada karakter Bruce Wayne di trilogi Batman. 

Mungkin bagi penggemar X-Men akan sedikit bergembira atau mungkin sedikit bersedih, ada bintang tamu Kelly Hu, yah dulu dia maen jadi Deathstrike di X-Men 2, kini dia jadi jagoan Triad.  Apakah dia punya kekuatan super? Tonton aja filmnya.


Sekarang sedikit, kita mengenal Katie Cassidy pemeran Laurel Lance disini.  Liat di imdb, ternyata dia pernah maen beberapa film bioskop seperti Click, Taken dan beberapa serial TV seperti New Melrose Place, Supernatural dan Harper’s Island.  Bahkan proyek ke depannya, dia akan maen di Legends of Tomorrow, masih serial tentang superhero. Yeah bikin terus film-film tentang superhero. I like it.
Powered By Blogger