Sudah lama gua tidak nonton di
bioskop bareng istri gua, jadi moment ini termasuk kejadian langka dan cukup
beruntung setelah selama ini, gua seringnya mereview film-film yang sudah tidak
beredar lagi di bioskop sekarang gua bisa mereview film yang lagi trend. (pesta
7 hari 7 malam karena peristiwa istimewa ini). Thanks to my sister and her husband karena uda ngejagain anak gua hehehe. Sering-sering yah :)
Yang seperti sudah kita ketahui,
hype film terakhir dari trilogi Batman karya Nolan ini begitu luar biasa. Bayangkan film pertamanya begitu membuat para
moviegoers langsung menjadikan standar utama bagaimana sebuah film superhero
harus dibuat. Gua pun terkagum-kagum
bagaimana Christopher Nolan mampu membuat reboot Batman yang begitu luar biasa,
begitu realistis dan dewasa. Memang
pendapatan Batman Begins di box office tidak begitu bombastis, tapi momentum
yang dihasilkan oleh film pertamanya ini begitu memorable. Efeknya terjadi pada film kedua The Dark
Knight yang berhasil menjadi film superhero terlaris, meskipun harus diakui
salah satu faktornya adalah kematian dari sang pemeran Joker, Heath Ledger yang
ikut mendongkrak pemasukan film ini.
Semua langsung mendapuk Nolan sebagai sutradara yang jempolan karena
berhasil membuat The Dark Knight menjadi film yang sangat berbobot. Hasil dari
peredarannya diseluruh dunia 1 milyar dolar lebih (dengan bujet 185 juta
dolar). Sedangkan Batman Begins 372 juta
dolar dengan dana hanya 150 juta dolar.
Dengan modal kedua film
pertamanya, banyak orang yang berharap sangat tinggi untuk film yang katanya
merupakan penutup dari trilogi Batman versi Nolan. Dengan beberan yang sedikit lewat
trailer-trailernya, yang terus terang semakin membuat para moviegoers semakin
penasaran. Dan sekali lagi betapa
beruntungnya gua berhasil menonton film ini di bioskop. Beruntung karena berhasil nonton di bioskop,
bukan beruntung karena ini adalah film yang luar biasa hehehe.
Adegan awal mengingatkan gua akan
pembajakan pesawat terbang di film Cliffhanger garapan Renny Harlin. Kata teman gua bro Handa Lesmana (ya gua
menjanjikan akan menyebut nama lengkapnya di review gua berikutnya), adegan
awal ini sangat mengagumkan ketika dia menonton di IMAX Jakarta. Apa yang membedakan adegan ini dengan versi
Renny, yang pasti gelegar suaranya yang berbeda, ditambah efek suara dari Bane
yang menyeramkan menurut gua.
Salah satu yang menarik dari film
superhero bagi gua adalah sisi sang jagoan diluar seragam kebesarannya. Seperti yang beberapa kali terucapkan di film
ini, Batman itu hanya sebuah simbol. I
agree. Seragam itu hanya sebuah lambang,
yang membuat mereka menjadi seorang pahlawan adalah sesuatu yang ada di dalam
diri mereka. Ini yang diungkapkan
kembali oleh Nolan. Hal ini yang gua tidak dapatkan ketika menonton The Dark
Knight, hanya pada bagian akhir di film TDK, gua merasakan kepahlawanan Bruce Wayne.
Dalam film ini, memang Bale banyak terlihat sebagai seorang Bruce Wayne
daripada sosok Batman. Itu yang gua
suka. Bagi yang ingin segera melihat
sang pahlawan berkostum muncul, mungkin harus sangat sabar karena setelah 30
menit film berjalan, Sang superhero belum muncul di layar.
![]() |
Gua juga sangat tertarik dengan
karakter Seline Kyle di bagian awal, yang terlihat sangat menguasai layar
dengan trik dan kecerdikannya yang luar biasa, hanya sayang hal itu menghilang
setelah setengah film berjalan. Bagian
awal Catwoman berhasil menjadi scene stealer buat gua.
Beruntung juga ada Blake
(dimainkan oleh Joseph Gordon Levitt) yang menjadi scene stealer kedua buat gua
setelah Anne Hathaway. Levitt berhasil
mencuri perhatian ketika dia bermain dalam Inception. He did it again this time. Sementara Tom Hardy yang bermain sebagai
Bane, well suaranya memang serak-serak menakutkan, meskipun tidak menakutkan
seperti Joker, tapi di awal film, sosok Bane berhasil membuat atmosfer yang
menyeramkan yang menambah suasana menonton lebih mencekam.
Ada karakter lain yang bernama
Miranda Tate yang dimainkan oleh Marion Cotillard. Joseph, Marion, Tom Hardy, Michael Caine,
bahkan Cillian Murphy ikut bergabung lagi dalam garapan Nolan kali ini setelah
Inception. Maybe next time, film Nolan
jangan menggabungkan aktor-aktris tersebut karena takutnya penonton menjadi
bosan. Semua memang menampilkan performa
akting yang baik tapi sekali lagi menurut gua scene stealer di film ini yah, Joseph
dan Anne. Gua suka karakter mereka
apalagi di ending film. (biar bikin
penasaran)
Satu lagi yang patut diberi
acungan jempol adalah iringan musik dari Hans Zimmer yang mendominasi setiap
scene dan hebatnya memberi impact lebih ke setiap adegan. Bravo for Hans Zimmer. Gua jadi lebih menikmati film seperti
menikmati Angels and Demons karena dibantu oleh music scorenya.
Dengan bujet 250 juta dolar,
Nolan diberi keleluasaan untuk menciptakan adegan demi adegan yang kebanyakan
tidak memakai CGI. Bahkan The Bat
terlihat sederhana bentuknya tapi fungsinya luar biasa. Selalu ada saja “mainan” baru Batman
muncul. Itulah hebatnya Nolan selalu
membuat hal yang baru tentang Batman.
Memang disini tidak terlalu bermain kucing sumput dengan Bane
dibandingkan waktu Batman bermain petak umpet dengan The Joker. Memang The Joker adalah salah satu kelebihan
dari The Dark Knight dan keseraman karakter The Joker yang sangat sempurna
sekali dimainkan oleh almarhum Heath Ledger.
Hanya sayang durasi film terlalu lama.
Nah kenapa gua suka The Dark Knight Rises karena banyaknya karakter yang
muncul dan menurut gua durasi waktunya pas untuk memperkenalkan
karakter-karakter tersebut. Jadi semua
karakter mendapat porsi yang pas bahkan Michael Caine sebagai Alfred tampil
mengharukan di akhir film.
Beruntung Bale tidak lagi di
bawah bayang-bayang sang villain karena disini Bale cukup dominan memeran
peranan sebagai Bruce Wayne. Bale cukup
beruntung karena dia berperan sebagai Batman dalam tiga film Batman, tidak
seperti Michael Keaton (Batman, Batman Returns), Val Kilmer (Batman Forever),
George Clooney (Batman and Robin). Dan
Nolan pun berhasil menjadi sutradara trilogi Batman berturut-turut, menyaingi
Sam Raimi di Spiderman. Nolan memakai Bane sebagai musuh Batman karena
ingin menguji Batman secara mental dan fisik dan terbukti Batman memang
berjuang sangat keras melawan Bane, bahkan film ini berdurasi hampir beberapa
bulan kalo menurut timeline-nya dari Bane muncul sampai penyanderaan kota
Gotham. Kalo baca di internet, Nolan
mendefinisikan Batman Begins sebagai Fear, lalu The Dark Knight sebagai Chaos,
dan The Dark Knight Rises ini sebagai pain.
Ada satu adegan yang buat gua
ketawa ngakak, waktu Batman ditinggalin tiba-tiba oleh Catwoman. Batman berkata “So that’s what that feels
like” karena biasanya dia yang tiba-tiba
ninggalin orang-orang seperti Gordon.
Memang Nolan jago banget bikin komedi yang menyindir, seperti karakter
Lucius yang mengatakan bahwa ini ada yang warna hitamnya ketika menawarkan The
Bat kepada Bruce Wayne.
![]() |
Nolan in action |
Christopher Nolan bersama
saudaranya, Jonathan Nolan dan penulis David S. Goyer memulai kisah film ini
setelah 8 tahun setelah The Dark Knight.
Bruce menyendiri di “kastilnya”, makanya cocok diberi judul tambahan
Rises. Dan gua yakin pasti banyak yang
membandingkan antara Bane dan The Joker, dan secara tidak langsung pasti
membanding antara almarhum Heath Ledger dan Tom Hardy. Secara akting, gua pun akan memilih Heath
karena jelas dia berhasil membuat sosok The Joker menjadi momok yang menakutkan
sepanjang film. Tom Hardy bukannya tidak
sukses, dia sangat berhasil di awal-awal film sampe di penghujung film, yang
menurut gua “ya kok cuma gitu doang” Tom
Hardy rela menaikkan berat badannya 15 kg demi menghidupkan peran Bane. Jelas terlihat berbeda dibandingkan waktu gua
nonton dia di This Means War. Tapi ya
apa mau dikata, mungkin yang membuat nilai minus dari film ini adalah
villainnya yang tentu saja, semua akan membandingkannya dengan villain di film
sebelumnya, The Dark Knight.
Sulit untuk membandingkan mana
yang paling baik di antara ketiga film Batman garapan Nolan. Dengan berat hati gua memutuskan bahwa The
Dark Knight Rises adalah film favorit gua di antara ketiganya. Akhir kata, gua menutup review ini dengan
mengambil quote yang paling gua suka dari trilogi ini.
Alfred Pennyworth: Why do
we fall, sir? So that we might learn to pick ourselves up.