Dulu film animasi hanya milik Disney berlanjut ke Pixar. Semenjak Fox membuat Ice Age dan sukses maka studio-studio besar lainnya mulai berlomba membuat film animasi. Salah satunya adalah Dreamworks. Setelah sukses besar dengan ogrenya, kini menjajal dengan naga. Iya naga, Dragon bahasa kerennya. Masih merasa kurang rame dengan tema naga? Atau sudah bosan? Well, mereka menceritakan Naga berperang melawan bangsa Viking. Tetap masih kurang? Mereka menampilkannya dalam dua versi 2D dan 3D. Masih kurang juga? (Ternyata sulit untuk menyenangkan penonton). Anda membaca reviewnya gratis dari blog gua, ga usah bayar? Hehehe... Cukup yah.
Honestly, sebenarnya gua kurang suka dengan Shrek, karena setelah tertawa ngakak saat menonton tapi sesudahnya tidak ada yang tertanam dalam hati gua. (Dreamworks kurang pupuk kayanya). Makanya kalo animasi, gua masih megang Pixar (bukan karena graphisnya bagus yah) tapi ada nilai moral yang gua dapet disitu, kecuali mungkin animasi non pixar terakhir yang gua tonton dan sangat berkesan adalah Despicable Me (sudah pernah gua bahas di blog tercinta kita ini hehehe)
Melihat cuplikan demonya di toko-toko elektronik terutama untuk LED 3D (drooling liatnya, liat LEDnya maksudnya) masih tetap tidak membuat gua berniat untuk menonton film ini. Sampai suatu ketika…hahaha gayanya. Well, akhirnya nonton juga film ini. Tidak terlalu banyak berekspektasi sih, hanya mendapat sedikit bocoran bahwa endingnya tidak terlalu tipikal layaknya film animasi untuk anak-anak. Hal ini yang membuat gua bertekad sepenuh hati untuk menonton film ini sampai selesai. Graphis bagus (tapi memang tidak indah), dan terutama terasa sekali nuansa tiga dimensinya. Cerita cukup unik melawan naga-naga yang bervariasi bentuknya bisa cenderung ke arah seru sebenarnya. Pengisi suara si ayah pun langsung tertebak oleh gua, Gerard Butler (yeah, gua memang hebat hahaha).
Cerita mulai menarik ketika interaksi pertama terjadi dengan Night Fury yang terluka (naganya mengingatkan gua akan Sticth) ditambah musik yang pas. Musiknya menyentuh banget. Tapi sayangnya tetap jadi tipikal film yang bertema zero to hero. Sekali lagi, gua penasaran dengan endingnya yang katanya bukan seperti film-film animasi sejenis. Finally, selesai sudah filmnya.
Kesimpulan gua, efek 3Dnya gua yakin keren kalo nonton di bioskop, apalagi dengan naga-naganya yang siap mencaplok, membakar dan hal-hal lainnya yang biasa naga lakukan kepada kita, umat manusia. Hehehe. Adegan terbang juga keren, sedikit mengingatkan akan Avatar tapi tetap tidak sekeren Avatar. Mengenai endingnya, apakah gua puas dengan film ini. Hmmm...coba aja deh nonton sendiri. (jadi buat apa yah, baca review gua) hahaha...kan baca reviewnya gratis, brother and sister, jadi harap maklum dengan segala kekurangannya (tapi pujilah kelebihannya). Namun diluar aspek graphisnya, gua lebih suka film ini daripada burung hantu-nya Pak Zack Synder. Tapi jika ingin membandingkan dengan keluaran Pixar, kok gua masih lebih suka produk dari Pixar. (diluar review kemaren yang mana, gua bilang kalo gua lebih suka Despicable Me daripada Toy Story 3).
So sorry buat penggemar Naga, menurut gua How To Train Your Dragon, tidak cukup membuat gua menyukai film ini, meskipun endingnya bisa dibilang sedikit berbeda tetap tidak membantu. Bujet film yang berdasarkan novel karangan Cressida Cowell ini, cukup tinggi 165 juta dolar tapi di Amrik saja sudah meraup 217 juta dolar.
2 comments:
Sebenernya lucu aja liat para naganya n chemistry toothless ama si karakter utamanya. Dan fight di akhirnya cukup seru :D
dulu pernah maen Final Fantasy 10. Nah naganya mirip ama Sin (villain) di FF 10 :) Kepalanya mirip banget.
Post a Comment