Directed by : Hayao Miyazaki
Produced by : Toshio Suzuki
Starring : Chieko Baisho, Takuya Kimura, Akihiro Miwa
Written by : Hayao Miyazaki, Diana Wynne Jones (novel)
Music by : Joe Hisaishi
Edited by : Takeshi Seyama
Running time : 120 minutes
Budget : ¥ 2,4 billion
Distributed by : TOHO
Film animasi ini memiliki judul berbahasa Jepang yaitu Hauru no ugoku shiro. Film keluaran studio Ghibli ini berasal dari novel berjudul sama karangan Diana Wynne Jones. Sebenarnya pengalaman saya menonton film buatan Ghibli sangat minim bahkan bisa dikatakan mendekati nol (kalau ini sih ungkapan yang berlebihan). Saya tonton Princess Mononoke di VCD dan hanya menonton disc pertama, bukan karena tidak bagus tapi karena disc keduanya error. Lalu saat nonton Spirited Away, setelah hampir setengah jam akhirnya dimatikan karena ada keperluan dan akhirnya tidak dilanjutkan. (sekali lagi bukan karena faktor filmnya tidak menarik). Satu-satunya yang saya tonton habis adalah Grave of the Fireflies. Beruntunglah saya menonton film ini duluan karena menurut banyak orang, film inilah yang paling menyedihkan di antara semua film studio Ghibli. Memang betul, sehabis nonton Grave of the Fireflies, saya tidak bisa tidur untuk beberapa jam ke depan. Karena ending film ini jelas bikin depresi.
Kembali ke Howl’s Moving Castle (HMC), sulit untuk memberi review film animasi dan sejujurnya inilah film animasi pertama yang saya review. Selama ini, saya sering menonton film animasi Hollywood, terutama produksi Disney atau Pixar. Mungkin memang soal teknologi mereka lebih menang. Tapi mengenai cerita, film animasi non Amerika belum tentu kalah. Seperti ketika saya menonton Waltz With Bashir. Saya begitu terpesona oleh penuturan gaya ceritanya, yang menurut saya cukup unik. Soal animasinya mungkin masih kalah tapi hal itu tidak menjadi nilai minus untuk film itu. Dan pengalaman yang sama ketika saya menonton film-film keluaran Ghibli. Jelas animasinya bukan dalam versi 3 dimensi. Bahkan mungkin masih lebih jelek daripada film-film 2D keluaran Disney. Tapi anehnya, kita seperti terserap masuk ke dalam alur cerita film yang, bisa dibilang penuh imajinasi yang luar biasa. Dan kadang-kadang angle yang diambil sineas Asia sedikit unik dan berbeda sehingga memberikan atmosfer yang berbeda bahkan lebih memberikan dampak lebih menekan ke perasaan yang menontonnya. (Film Asia lebih banyak berbicara lewat gambar tanpa dialog)
Tapi sayangnya, seperempat akhir film sedikit membingungkan. Tapi, itu mungkin disebabkan karena pengalaman saya masih minim tentang animasi buatan Ghibli ini. Cerita yang sudah menarik dibangun dari awal dirusak oleh akhir film yang mungkin kurang dimengerti. (bukan endingnya ya). Termasuk musik yang minim untuk ukuran film animasi (mungkin ini memang gaya film animasi Asia). Namun ada beberapa adegan yang mungkin hanya akan ditemui dalam animasi asia. Saya berangan-angan bagaimana kalau adegan itu dibuat live action-nya pasti keren sekali. Yaitu waktu Sophie diajak terbang oleh Howl. Luar biasa imajinatif.
Mengenai novelnya, banyak yang mengatakan bahwa novelnya jauh berbeda dengan filmnya. Seperti kebanyakan juga, banyak yang lebih menyenangi novelnya daripada filmnya. Tapi seperti yang saya bilang, saya menyukai film ini sampai mendekati seperempat bagian akhir. Karena agak sedikit membingungkan untuk menginterpretasikan visualisasi yang tampil dalam film. Berbeda dengan Grave of The Fireflies yang ceritanya lebih membumi. Memang cerita HMC lebih ke arah mistis dengan segala penyihir yang ada serta makhluk-makhluk yang aneh bentuknya. Hanya tidak berkesan menyeramkan atau dark. Awal film masih berlangsung lambat ditambah banyaknya adegan hening tanpa suara. Lalu kelucuan-kelucuan mulai muncul.
Moving Castle-nya pun dirancang sedemikian rupa sehingga bisa berjalan kemanapun pemiliknya ingin pergi.
Diantara semua, saya tertarik dengan tokoh Markl, yang samarannya membuat saya selalu terbahak-bahak. Kocak sekali. Karakter Sophie pun cukup menarik. Setelah paro pertama berakhir, perhatikan perubahan fisik yang selalu terjadi pada diri Sophie. Hal ini termasuk bagian yang menarik dari film. Karakter Sophie yang kuat banyak diperlihatkan, misalnya ketika dia menaiki tangga untuk sampai ke istana dengan memeluk seekor anjing. Juga karakter Calcifer, si setan api punya peranan penting (ternyata).
Entah kenapa, banyak film animasi sekarang, ironisnya adalah bukan untuk konsumsi anak-anak. Seperti HMC pun, menurut saya cocoknya bukan untuk anak-anak, karena bobot ceritanya yang berat. Juga setting ceritanya yang kelam, bakal bikin mereka tidak ceria lagi. (just kidding)
Sebagai tambahan pengisi suara versi Hollywood film ini adalah aktor-aktris yang cukup terkenal seperti Christian Bale, Emily Mortimer, Billy Crystals.
Dan banyak juga yang mengatakan bahwa film ini masih kalah dengan Spirited Away. (sayang sekali, saya belum menonton filmnya sampai selesai), jadi saya belum dapat memberikan perbandingan. Namun pemasukan film ini sudah mencapai sepuluh kali lebih bujetnya.
Mungkin pembahasan saya tentang HMC kurang berkenan, mungkin jika saya lebih sering menonton film-film buatan Hayao Miyazaki, saya akan lebih memahami ide-ide pemikirannya. Saya akan berusaha untuk menonton film-filmnya yang lain. Dan berjanji akan menonton ulang Spirited Away karena hampir di semua review, film inilah yang menjadi masterpiece Hayao.
7 comments:
Kalo saya suka banget loh film2 Hayao Miyazaki meski baru nonton Spirited Away sama Ponyo.hehe.pengen banget nonton HMC nih.
Mau berbagi pendapat nih bang mupi, menurut aku justru animasi 2d keluaran hayao miyazaki tuh hebat2.banyak yang jauh lebih bagus dari 3d hollywood sekali pun. Kenapa?3d itu masih ke arah teknis sekali penggunaannya. Sedangkan 2d seperti yang dihasilkan Hayao itu justru punya banyak alasan artistik. Contohnya, Hayao tuh nggak suka bikin gambar yang terlalu detail di bagian pinggir2 gambar. Dia bilang itu menganggu fokus keindahan gambar. Inilah yang membuat dia itu tetap dianggap master-nya animasi di dunia.
Setelah saya menonton dua filmnya,saya kok punya perasaan kalo tidak akan ada live action yang bisa bagus jika diangkat dari animasi Hayao (itu pun kalau ada yang sanggup membuatnya). Alasannya adalah Hayao itu ketika membuat cerita, karakter, dan gambar sama sekali nggak peduli sama realita dunia nyata. Makanya, film-filmnya itu punya "dunia" sendiri.
Sekian pendapat saya.hehe. :))
Saya penggemar animasi ghibli. Boleh dibilang seluruh film layar lebar keluaran ghibli udah saya tonton.
Grave of Fire flies itu karya Isao Takahata yg memang suka membuat film animasi dgn sentuhan realis, coba tonton karya takahata yang lain, pasti tak jauh beda pendekatannya yang realis. berbanding terbalik dgn koleganya Hayao yg lbh suka membuat cerita imajinatif yg kadang bikin penontonnya melihat dunia lain.
Teknologi animasi? hahahaha.....
Pernah aku baca tulisan kritikus Amrik yg barusan nonton karya terbaru Hayao, Ponyo. Dia bilang animator Jepang harus belajar banyak sama animator amrik cara bikin animasi yg enak dilihat mata. LOL...
Masalahnya teknik animasi Hayao emang beda sendiri. Dia punya style khas yg mungkin tak semua orang bisa nerima. Kalau mau liat animasi Jepang yg menampilkan kondisi real kehidupan, coba tonton film 5 cm per second. Dijamin bengong ngeliat betapa indahnya animasi Jepang menggambarkan dunia nyata. Lagian sutradara 5 cm per second, Makoto Shinkai emang dewa gambar animasi koq.
Saya belum nonton film ini nih.
Termasuk dalam deretan film yang hendak saya tonton. Saya jatuh cinta pada Ghibli semenjak dibelikan box setnya sama temanku.
Sejak saat itu hampir semua film Ghibli saya lahap, menyisakan lima film lagi, dan ini salah satunya.
Saya baca Roger Ebert yang biasa fans Ghibli juga kurang senang dengan film ini. Entah kenapa deh. I'll see... Spirited Away bagus banget Bangmupi. You DEFINITELY must watch it.
@Satrio : memang sih mungkin susah untuk membuat film live actionnya tapi gua kebayang aja kalo yang adegan terbang itu dibuat live actionnya pasti keren. Cuma adegan itu doang hehe..
@Yusahrizal : hehe...tehnologi animasi...yah..mungkin Hollywood harus belajar juga ke Asia bagaimana membuat film dengan bujet tidak besar tapi punya storyline yang bagus hehe....
@Maxim : iya bro, gua harus nonton nih Spirited Away sampe abis :D
saya vote spirited away is the best ...... untuk segi kreativitas
dan vote grave of the fireflies untuk segi realisme
@bentara : kalo liat awalnya sih memang Spirited Away penuh imaginasi sekali.
Aku setuju banget sama salah satu komen di blog ini,sangat amat membantu, kebetulan banget lagi cari referensi tugas film,pas dikasi tugas ini langsung kepikiran anime keluaran Ghibli, thank you banget review nya^^
Post a Comment