Tuesday, January 20, 2009

THE CURIOUS CASE OF BENJAMIN BUTTON

Directed by : David Fincher

Produced by : Kathleen Kennedy, Frank Marshall, Ray Stark
Starring : Brad Pitt, Cate Blanchett, Taraji P. Henson, Julia Ormond, Tilda Swinton, Jared Harris, Jason Flemyng.
Screenplay by : Eric Roth

Music by : Alexandre Desplat

Cinematography : Claudio Miranda

Edited by : Kirk Baxter, Angus Wall

Running time : 166 minutes

Budget : US$ 150.000.000

Rated : PG-13 (for brief war violence, sexual content, language and smoking).

Distributed by : Paramount Pictures (USA), Warner Bros (International)

Seorang wanita tua berbaring di rumah sakit ditemani oleh anak perempuannya, Caroline. Perempuan tua itu meminta anak perempuannya untuk membacakan sebuah buku harian milik Benjamin Button. Seorang pria yang terlahir tua. Ibunya meninggal setelah melahirkannya. Ayahnya, Thomas Button meninggalkannya di tangga sebuah rumah jompo, karena Thomas sendiri kaget melihat bayinya yang memiliki kulit keriput. Dirawat oleh Queenie, wanita kulit hitam pengurus panti jompo itu. Beruntung Benjamin yang tumbuh dengan wujud seorang pria tua dibesarkan di lingkungan lanjut usia sehingga terlihat Benjamin ‘sesuai’ dengan habitatnya. Sebenarnya mental Benjamin masih seorang bocah, terkadang dia ingin mencoba sesuatu yang baru namun keadaan fisiknya tidak mendukungnya.


Suatu ketika Benjamin berkenalan dengan seorang cucu perempuan dari salah seorang penghuni panti. Namanya Daisy. Perkenalan ini membawa kesan mendalam bagi Benjamin seakan-akan inilah puber pertamanya. Hubungan Benjamin dengan Daisy bisa dibilang sangat dekat dan berkesan.

Menjelang remaja (bentuk fisiknya masih terlihat keriput), Benjamin bekerja sebagai awak kapal milik Kapten Mike. Bersama Kapten Mike, Benjamin dibawa ke tingkat yang lebih dewasa lagi. Dan ketika Queenie ternyata hamil, Benjamin memutuskan untuk berkelana mengikuti Kapten Mike. Benjamin pun berjanji kepada Daisy untuk mengirimi kartu pos dimana pun dia berada. Bagaimanakah perjalanan seorang pria yang terlahir tua dan lambat laun menjadi muda? Bagaimana dengan kisah cintanya? Apakah akan berakhir bahagia, bertemu dengan seseorang yang mengerti keadaan dirinya?


Siklus hidup manusia adalah lahir (bayi), anak kecil, remaja, dewasa, tua dan meninggal. Bagaimana jika anda mengalami sebaliknya? Itulah yang dialami oleh Benjamin Button. Cerita yang harus diakui sangat unik ini dikembangkan oleh Eric Roth berdasarkan cerita pendek karya F. Scott Fitzgerald dengan judul yang sama.

Sutradara David Fincher seakan-akan merekam kisah panjang Benjamin dalam sebuah film berdurasi hampir 3 jam ini. Beruntung Fincher diberi keleluasaan untuk berimajinasi, berkreasi dalam film ini. Fincher seakan-akan tidak dibatasi oleh durasi film yang terlalu lama. Dia menceritakan kehidupan Benjamin dengan pace yang sangat lambat di awal film. Penonton (saya) dibawa mengikuti kisah Benjamin yang membangkitkan rasa simpati penonton. Kisah yang terentang kurang lebih 80 tahun mungkin akan terasa membosankan pada beberapa adegan tapi nikmati saja adegan demi adegan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bahkan beberapa adegan terlihat begitu artistik dan dengan sinematografi yang indah ditambah dengan iringan musik yang begitu menyatu dengan suasana hati Benjamin. Namun seiring dengan berjalannya film, saya juga dibuat bingung oleh Fincher. Apakah kita hanya diperlihatkan kisah hidup sang tokoh utama ataukah Fincher mempunyai maksud lain? Sampai akhir film, saya pun tidak mendapatkan apapun kecuali merenungkan kembali pengalaman hidup yang unik dari seorang Benjamin. Makanya sekali lagi saya tekankan, nikmati saja film ini dari awal sampai akhir tanpa berpikir. Nikmati saja perjalanan hidup Benjamin yang walaupun terlihat absurd tapi sangat patut direnungkan oleh kita semua sebagai manusia yang terlahir normal. Dan jangan berharap akan adanya penjelasan tentang penyebab fenomena yang terjadi pada Benjamin. Mungkin ini akan menjadi sedikit ganjalan buat penonton. Toh bukan aspek itu yang ingin ditekankan oleh Fincher.

Kerja yang hebat untuk bidang make up dan mungkin CGI crew. Mereka berhasil merias atau bisa saya katakan ‘memoles’ wajah Brad Pitt dan Cate Blanchett sedemikian rupa seiring berjalannya waktu. Akting yang memukau telah dilakoni Cate di film ini. Betapa dia terlihat begitu ceria, rapuh dan penuh cinta. Bagaimana dengan Pitt? Sulit untuk menilai akting Pitt disini karena kebanyakan wajah Pitt dirias. Saya hanya memberi nilai baik untuk akting Pitt bukan akting terbaiknya menurut saya. Bagi kaum hawa, pastikan anda terkagum-kagum melihat wajah Pitt saat dia memiliki wajah remaja.


Yang menarik perhatian saya adalah Taraji P. Henson yang memerankan sosok Queenie. Seorang wanita kulit hitam yang begitu menyayangi dan mencintai Benjamin seperti anaknya sendiri. Begitu juga penampilan Jared Harris sebagai Kapten Mike. Dialah yang mengajarkan kedewasaan kepada Benjamin. Kedewasaan dalam menurut definisi Kapten Mike. Juga dengan mitos burung Hummingbird yang mewakili spirit dari seseorang yang sudah meninggal.
Dibantu oleh Julia Ormond yang berperan sebagai Caroline. Ormond pernah berpasangan dengan Pitt dalam film Legend of the Fall. Juga ada Tilda Swinton, Elias Koteas dan Jason Flemyng.

Ada satu yang mengganjal pikiran saya. Jika kasus Benjamin ini dikatakan aging backward (pertumbuhan terbalik). Bagaimana mengatakannya ya? Coba saya jelaskan, dikatakan Benjamin lahir tua terus kemudian menjadi muda. Jika yang dimaksud adalah mental dan pertumbuhan jiwanya, maka hal ini diperlihatkan dengan urutan yang benar di film. Karena diperlihatkan bagaimana Benjamin bertingkah laku seperti anak kecil ketika dia beranjak remaja tapi dalam balutan kulit seorang yang lanjut usia lalu perlahan-lahan menjadi dewasa dan tua namun dalam fisik seorang yang muda. Tapi yang mengusik perhatian saya adalah penampilan fisiknya. Jika dikatakan Benjamin mengalami aging backward seharusnya dia terlahir tua tapi bukan bayi melainkan dalam bentuk tua tapi berbadan besar (bukankah seorang kakek-kakek, kulitnya keriput tapi bentuk fisiknya bukan sekecil bayi kan). Baru lama kelamaan bentuk fisiknya menjadi muda lalu semakin kecil selayaknya remaja lalu anak kecil kemudian baru menjadi bayi. Tapi tidak dengan Benjamin, dia terlahir kecil seperti bayi tapi kemudian meninggal pun sebagai bayi. Agak terlihat tidak sinkron. Tapi harap dimaklumi, jika dia terlahir sebagai orang yang tua dengan tubuh yang besar, bagaimana Ibu Benjamin bisa melahirkannya. Namun hal ini tetap menjadi ganjalan di benak saya setelah menonton. Saya harap ganjalan ini tidak mengganggu anda dalam menonton film ini, yang menurut hemat saya wajib ditonton.



Tapi kembali lagi. Karya Fincher kali ini bisa dibilang tidak mengecewakan tapi bukan yang terbaik. Menyentuh tapi tidak cengeng. Artistik tapi tidak berlebihan. Ada satu adegan yang menarik perhatian saya dalam film ini. Yaitu adegan “pengandaian” yang menurut saya sangat memorable. Saya tidak akan menjelaskan lebih lanjut tentang adegan ini. Silakan saja anda tonton sendiri.

21 comments:

Anonymous said...

Bang,
detail sekali yah review nya *hebat*
Ada screen shoot dari adegan yang gw suka pula.. pas Daisy nari di terang bulan.. bagus yah.. :)
scene tentang 'pengandaian' juga berkesan bagi gw, dan mungkin itulah yang namanya jodoh..takdir.. walau di film ini fiksi yah Bang..

Bang Mupi said...

Mungkin itulah yang namanya jodoh...takdir..
Setuju bangeettttttttttt.....

Ternyata ada yang suka adegan pengandaian juga selain gua. :)

Wah review saya masih perlu banyak perbaikan. Belum hebat, masih jauh dari standar malahan :). Masih banyak yang masih harus saya pelajari.

Anonymous said...

Anda benar mengenai besar tubuh benjamin ketika dihari tua kembali menjadi bayi. Seharusnya tubuhnya besar seperti orang dewasa dengan muka, kulit dan penampilan fisik seperti bayi. Sutradaranya punya alasan khusus kali atau Brad Pitt ogah didandanin kayak bayi :P

Bang Mupi said...

biar lebih dramatis kali ya.

Harusnya kalo menurut siklusnya terbaliknya. Benjamin lahir tua tapi bukan dengan ukuran bayi tapi ukuran orang dewasa tua baru kemudian menjadi muda dan mengecil menjadi bayi. Ya tetap sulit sih mengatur bagaimana cara dia dilahirkan.

Tapi IMHO filmnya menarik untuk ditonton. :)

Anonymous said...

Scene pengandaian itu sebenernya gak ori banget.
Ingat dong dengan Sliding Doors dan Run Lola Run.
Andai saja film ini setia pada garis besar cerita aslinya. Pasti lebih menggigit

Bang Mupi said...

Wah gua belon nonton tuh Sliding Doors dan Run Lola Run, makanya gua anggap adegan pengandaian di film Benjamin bagus. Memang sih terlihat sedikit menyimpang. Hmm...memang kan bertele2 nih film :) Sampe bingung makanya mau diisi adegan apalagi.

Anonymous said...

tapi sayang kebanyakan CGI-nya..aq pikir ni film kmaren based on true story..tp dari sisi medis, kasus seperti ini langka..dan dalam sejarah gak ada orang yang jadi muda lagi, overall very excellent movie. Salam kenal juga!! nice review.. Slumdog dong!

Anonymous said...

wahh..kasus kayak gini bukan cuma langka. tapi emang gak ada kali yang pengaturan siklus hidupnya terbalik...!!

tapi bener, scene waktu Daisy nari di terang bulan indah banget!!
scene pengandaiannya mungkin buat penuhin durasi aja..hehehehe.eniwei..film yg patut ditonton..

Anonymous said...

wah, anda jatuh cinta sama quennie juga rupanya. dia aktingnya yang paling bagus emang menurutku. tapi gak tau ya dapat oscar apa gak. mesti liat lawannya dulu. kalau buat bratt pitt sih gak lah. belum layak dapat oscar dengan acting segitu. menurutku masih lebih bagus actingnya di burned after reading

Bang Mupi said...

burn after reading, gua belon nonton hehe...tapi kalo dibandingkan dengan 12 Monkeys...hmm akting Pitt disini masih kalah.

Navan said...

Salam kenal Bang mupi! sepertinya anda benar-benar reviewer film sejati! ^^

berbeda dengan saya yang mereview hanya secara subjektif, itu pun hanya kadang-kadang...

yups! selanjutnya saya akan banyak belajar dari blog ini...

salam.

Bang Mupi said...

Makasih atas pujiannya "Kotak Coklat". Life is like a box of chocolate, kata si Forrest Gump.

Masih banyak blog yang lebih bagus dari saya.
Saya juga masih belajar kok. So marilah kita sama-sama belajar. :) Biar tambah maju di masa depan.
Salam sinema.

Anonymous said...

hehhe baru aja mo liad eh ada review nya...jadi nambah pengen liad..

Bang Mupi said...

wah harus nonton film ini. Penuh renungan setelah menontonnya. :)
Salam kenal.

jirodanusastro said...

waaw bang mupi... reviewnya keren... wahhh,,, saya mesti blajar banyak nih dari bang mupi...

Bang Mupi said...

Wah jangan memuji begitu, saya juga masih belajar kok. :D

surabaya rental mobil said...

film ini bener2 amazing,,,ga nyangka sy akan ide kebaliknya...dari gede terus jadi bayi....

Bang Mupi said...

@Surabaya : idenya memang bagus. :)

Fanboy said...

Wah, waktu nonton film ini ane kira ini film perang, eh nggak taunya film drama, yah, nyesel deh ane jadinya...

Bang Mupi said...

Jadi ga suka ya ama film ini? :)

Fanboy said...

@BangMupi: Iya gan, soalnya ane kan demen film aksi, jadi kecewa gitu waktu nungguin ni pelem sampe abis, eh nggak ada perang-nya... Tapi, the EFFECTS are incredible! Keren!!!

Powered By Blogger