Directed by : Chris Columbus
Produced by : Chris Columbus, Michael Barnathan, Karen Rosenfelt
Starring : Logan Lerman, Brandon T. Jackson, Alexandra Daddario, Jake Abel, Sean Bean, Pierce Brosnan, Uma Thurman
Written by : Craig Titley, Joe Stillman, Rick Riordan (novel)
Music by : Christophe Beck
Cinematography : Stephen Goldblatt
Edited by : Peter Honess
Running time : 118 minutes
Budget : US$ 95 millions
Distributed by : 20th CENTURY FOX

Franchise Harry Potter mendekati akhir karena tinggal jilid terakhir yang filmnya belum muncul dan kabar pastinya akan dibuat dua film untuk melengkapi buku terakhirnya dengan harapan agar penggemar HP bisa terpuaskan oleh filmnya. Dan produser pun terpuaskan dengan banyaknya pundi-pundi dolar yang akan mereka raih.
Sampai saat ini belum ada lagi film fantasi yang diambil dari buku yang bisa mengejar kesuksesan Harry Potter kecuali The Lord of The Rings (TLOTR). (Beruntunglah Harry Potter karena TLOTR hanya terdiri dari tiga jilid) Chronicles of Narnia pun masih tersendat-sendat di filmnya yang ketiga, The Voyage of the Dawn Treader. Eragon pun terjungkal kalah, dan jilid keduanya The Eldest tidak tahu kabar beritanya apakah akan dilanjutkan atau tidak. Kini muncul calon saingan baru. Dengan latar belakang mitologi Yunani yang digabungkan dengan realita modern. Sebuah ide yang cukup bagus, menurut saya. Dan bagaimana hasilnya menurut saya? Apakah bisa menyaingi serial Harry Potter? Nanti di akhir review baru saya berikan opini akhir saya. Harap bersabar.
Sebenarnya saya tidak terlalu mengenal mitologi Yunani. Hanya karena saya pernah bermain dua buah game yang berjudul God of War makanya saya sedikit tertarik dengan mitos ini. Satu faktor lagi yang membuat saya tertarik menonton film ini adalah posternya. Terlihat begitu keren bagaimana Percy memegang Zeus’ Bolt dan seakan-akan berdiri di atas lautan. Dan mungkin karena ada sedikit pengetahuan saya tentang Zeus dan kawan-kawan maka saya tidak bingung oleh alur cerita film ini yang menurut saya agak terlalu cepat. Saya belum baca bukunya, tapi saya yakin banyak sekali informasi-informasi penting yang terlewatkan di film, dengan asumsi bahwa penonton tahu siapa itu Zeus, Hades, Medusa dan lain-lain. Itulah salah satu kelemahan film ini. Sedikit membuat bingung penonton yang tidak mengerti tentang dewa-dewi Yunani. Apalagi jika diperhatikan lebih lanjut, ceritanya kadang bahkan menyindir para dewa-dewa tersebut. Lihat saja Hades yang berpakaian ala rocker. Begitu juga dengan tempat tinggal para Dewa yang ternyata kebetulan sekali berada di Amerika. Beruntunglah Amerika. Jangan lupa, Harry Potter dan kawan-kawan ada di Inggris.
Sebenarnya agak tepat jika kita membandingkan Percy Jackson dengan Harry Potter karena sangat kebetulan sekali bahwa Chris Columbus yang menangani film pertama dari kedua tokoh ini. Tapi sekali lagi, jujur saja, saya tidak pernah mendengar tentang novel Percy Jackson sebelum saya mengetahui tentang filmnya. Berbeda dengan novel Harry Potter yang sudah terkenal dimana-mana sebelum terdengar kabar akan dibuat filmnya. Dan untungnya seri pertama Percy Jackson ini cukup mendapat tanggapan positif dilihat dari pemasukannya di seluruh dunia. Saya sedikit optimis bahwa film ini bakal dibuat sekuelnya. Dan IMHO tampaknya Columbus tidak akan menyutradarainya, mungkin akan beralih ke Alfonso Cuaron? (it’s a joke)
Melihat premise cerita, seharusnya memang banyak menggunakan special efek tapi ternyata untuk film bergenre fantasi, menurut saya film ini tidak termasuk wah untuk ukuran tehnologi Hollywood yang sudah canggih. Terus terang, saya kurang puas dengan penggunaan sepatu terbang, padahal jika diramu adegan yang menggunakan sepatu terbang, film bisa lebih menarik lagi. Adegan pertarungan di angkasa kurang seru. Masih kalah dibandingkan Matrix Revolution atau Spiderman 3. Tapi sayangnya menurut saya, inilah adegan terbaik di semua film. Begitu juga dengan scene air yang bisa dikontrol oleh Percy. Bisa lebih dahsyat lagi. Ditambah villain film ini yang kurang kuat, padahal ini tentang para Dewa Yunani. Salah satu lagi poin yang membuat film menjadi kurang menarik. Jangan harapkan pertarungan para dewa karena disini mereka hanya menjadi bintang tamu. Dan saya berharap mereka akan bertarung di seri keduanya. Jika alasannya ingin memanusiakan dewa-dewa, masih belum dapat feel-nya menurut saya. Malah mereka terlihat lemah. Kurang greget.
Dibandingkan dengan Harry Potter, cast pemain Percy Jackson lebih terkenal. Seperti Pierce Brosnan, Sean Bean (keduanya pernah main bersama dalam Goldeneye), lalu ada Uma Thurman sebagai Medusa. By the way, adegan Medusa pun hanya sekedar lewat untuk mencari sebuah mutiara. Tidak ada unsur ketegangannya sama sekali, padahal Medusa bisa membuat orang jadi patung dengan menatap matanya (mudah-mudahan di seri keduanya Medusa bakal lebih garang). Diantara semua karakter, yang paling menarik adalah Alexandra Daddario. Warna matanya membuat dia cocok menjadi seorang anak Dewi. Selama ini masih banyak bermain dalam serial televisi seperti Damages atau Law & Order. Logan Lerman, sang pemeran utama punya tampang oke, tapi aktingnya masih harus diasah lagi. Padahal dia sudah banyak bermain dalam film seperti 3:10 to Yuma, Gamer, The Butterfly Effect dan bahkan pernah jadi anak Mel Gibson dalam The Patriot. Tentang si half-goat, pantesan saya seperti sudah melihat dia, ternyata dia maen bareng Ben Stiller di Tropic Thunder. Dan sekali lagi dia bertemu dengan Steve Coogan (pemeran Hades) dalam satu scene setelah Tropic Thunder. Sekedar informasi, Seperti Trio Harry – Hermione – Ron. Jagoan kita di film ini pun adalah Trio. I wonder kenapa harus selalu bertiga.
Jadi kesimpulan saya yang belum membaca bukunya. Berilah Percy Jackson sebuah kesempatan untuk melanjutkan ke sekuelnya (jika masih ingin dibuat sekuelnya). Karena ada beberapa aspek yang bisa berkembang dari film pertamanya, seperti para Dewa yang belum bertindak apapun. Beruntunglah Percy Jackson beredar sebelum Clash of The Titans, jika tidak film ini akan terbanting oleh hype-nya. Tapi jika ingin dibuat sekuelnya harus dipikirkan matang-matang segala sesuatunya. Tapi untuk Columbus merupakan sebuah kemunduran karena sebelumnya dia berhasil memvisualisasikan Harry Potter dengan baik dan menjadi start yang luar biasa untuk franchise yang terkenal di seluruh dunia. Sekedar catatan saja, Harry Potter di bawah naungan Warner Bros. Sedangkan Percy Jackson di bawah bendera 20th Century Fox. Apakah akan berbeda jika didanai oleh Warner Bros? (entahlah) Tapi lihatlah New Line Cinema yang sukses menelurkan TLOTR tapi gagal dalam Golden Compass.
Hampir lupa so far, jika dibandingkan dengan Harry Potter, film pertamanya Percy Jackson ini belum bisa disandingkan dengan Harry Potter. Mohon maaf jika ada yang tidak setuju.