Kembali lagi membahas film lama yang sudah saya tonton beberapa kali tapi belum pernah saya coba bikin reviewnya. Film basi iya tapi ga basi-basi amat, lagipula bagi penggemar film, ga ada istilah film basi, bahkan film tahun-tahun jebot yang tidak berkelir pun masih dinikmati. Iya kan?
Film ini bisa disebut
film olahraga jaman sekarang, memakai gadget atau stick atau apapun itu, karena
jelas anak-anak sekarang “berolahraga” dengan gadget. Nah kini karakternya digantikan dengan robot
yang benar-benar ada bukan dalam bentuk virtual. Meskipun bisa dibilang film tentang olahraga
boxing tapi keseluruhan film bukan terpaku pada hal itu. Memang asyik melihat robot-robot saling
beradu jotos seperti dalam Transformers.
Tapi sejujurnya setelah Transformers yang pertama, film-film lanjutannya
entah kenapa sudah tidak terlalu menarik lagi.
Jadi awalnya agak pesimis ketika menonton film ini. Tapi ketika pertarungan pertama berlangsung,
Wait!!! Film ini ternyata beda, cukup menarik karena faktor manusianya cukup
berperan dalam pertarungan. Ditambah
kerumitan berikutnya dengan munculnya karakter anak kecil yang ternyata anak
dari peran utamanya yang diperankan oleh Hugh Jackman. Sudah biasa cerita seperti ini tapi ternyata
disinilah kekuatan film ini jika dibandingkan dengan Transformers.
Shawn Levy sebagai
sutradara mungkin tidak seheboh Michael Bay dalam meramu gegap gempitanya
pertarungan para robot. Mungkin pengaruh
bujet atau pengaruh ukuran robotnya yang memang lebih mini dibandingkan para
Autobots dan Decepticon. Tapi dalam
pertarungan emosi jelas film ini lebih unggul daripada Transformers. Disinilah Saya lebih peduli dengan nasib
Robot Atom yang terlihat tidak berdaya tapi kita dibuat percaya bahwa Atom
mempunyai semangat juang yang luar biasa.
Saya terbawa masuk ke dalam aura sang robot yang mempunyai bentuk tidak
gagah bahkan bisa dibilang bentuknya cupu sekali. Mungkin berikutnya Optimus Prime harus dibuat
dengan bentuk yang tidak keren dan gagah sehingga penonton bisa lebih simpatik
dengan Optimus Prime.
Beberapa kali saya nonton
film ini tapi pas yang terakhir ini saya menontonnya, Saya cukup terharu dengan
adegan akhirnya. Hubungan perjuangan
ayah untuk anaknya terlihat jelas di adegan akhir. Well, sekali lagi saya bilang saya terharu
menontonnya. Mungkin itulah kelebihan
Real Steel, yang artinya Besi (logam) yang sungguhan. Dan menurut saya, julukan itu bukan buat Atom
tapi juga buat karakter yang dimainkan oleh Hugh Jackman. Tidak perlu adamantium untuk menjadi seseorang
dengan karakter yang strong sekuat logam.
Hugh Jackman pun berhasil lepas dari tokoh Wolverine meskipun badan
gagahnya tetap tidak bisa ditutupi tapi setidaknya ada momen dimana dia
terlihat “brengsek”.
Yang menarik dari film
ini tampilnya Dakota Goyo sebagai anak Hugh.
Aktingnya kok bagus ya, berbakat nih anak. Chemistry dengan Hugh Jackman
pun oke. Sayangnya karirnya tidak
terlihat mulus setelah film ini.
Melihatnya membuat saya teringat dengan karakter Anakin muda di Star
Wars : The Phantom Menace. Permainannya
ciamik tapi selepas itu tidak naik-naik karirnya. Sayang sekali. Tipe rambut mereka di film pun mirip. Hadeuh.
Visual effect di film ini bagus, seperti yang
saya bilang tidak gegap gempita seperti pertarungan para robot di Transformers
tapi para robot itu terlihat hidup dan nyata.
Adegan pertarungan di arena tinju pun dibikin cukup menarik dengan
gerakan robotnya yang terlihat mulus.
Sekali lagi ini bukan film robot yang merusak jalan raya, gedung
pencakar langit. Ini film tentang boxing
antar para robot. Sudah cukup dahsyat
apabila ada adegan tubuh mereka hancur lebur atau dicabik-cabik, tidak perlu
sampai menghancurkan ring tinju atau gedung tempat ring tinju itu berada. Namun hasilnya lebih memuaskan saya. Jelas terbukti, bobot cerita sangat menentukan
apakah sebuah film berhasil memuaskan penontonnya atau tidak. Meskipun asal cerita berasal dari cerpen
pendek berjudul “Steel” karangan Richard Matheson tapi berhasil dikembangkan
dengan baik oleh Dan Gilroy dan Jeremy Leven dan naskahnya oleh John Gatins.
Cerita tentang hubungan ayah dan anak pun sudah sering diceritakan di banyak film, tapi asalkan dibalut dengan pas dan menarik toh tetap berhasil membuat film menjadi nikmat untuk dinikmati. Tapi sekali lagi Dakota Goyo dan Atom yang berhasil menjadi bintang di film ini. Shawn Levy berhasil membuat film keluarga yang cocok ditonton oleh seluruh keluarga dan semoga ada pesan moral yang bisa diambil dari film ini. Yang tadinya Shawn berkecimpung di genre komedi tapi ternyata dia berhasil meramu film yang berbalut sedikit science fiction.