Terakhir nonton di bioskop adalah
film Man of Steel atau Frozen nya Disney, lupa-lupa ingat. Yang pasti tidak nonton di bioskop sudah
lebih dari setahun. Sudah lama, iya,
memang nasib saya. Man of Steel kenapa
saya nonton di bioskop, jelas karena saya penggemar Superman. Frozen kenapa nonton di bioskop, karena anak
saya mau nonton Frozen. Sekarang muncul
Batman V Superman : Dawn of Justice. (saya singkat BVS aja), jelaslah saya
harus nonton di bioskop. Meskipun banyak
kontroversi tentang film ini, yang mulanya membuat saya enggan nonton (alasan
aja sebenarnya). Tapi yang memaksa saya
harus nonton adalah dipostingnya japrian saya dengan teman satu grup di forum,
dimana saya bilang saya akan nonton film ini minggu depan. Maka oleh sebab itulah, saya mau tidak mau
harus menonton film ini di bioskop.
Mungkin bagi yang sudah baca
review saya soal Man of Steel, bisa tahu bahwa saya tidak terlalu menyukai Man
of Steel. Bahkan saya lebih menyukai
Superman Returns. Yang bilang gua
penggemar boy band karena lebih menyukai Superman Returns, peduli amat. Hak-hak
orang lebih suka yang mana. Selera tiap
orang kan beda-beda. Ngapain harus
dipaksa, toh saya tidak memaksakan orang harus lebih suka Superman Returns. Marah-marahnya selesai, kembali ke review
BVS.
Saya suka superman tapi bukan
berarti saya mengikuti komik keluaran DC ini secara kontinyu. Bahkan saya tidak tahu persis apa yang sudah
DC lakukan dengan superhero favorit saya ini juga dengan superhero-superhero lainnya
yang tergabung dalam Justice League. Jadi satu-satunya referensi saya adalah
novel karangan Roger Stern yang terdiri dari 2 jilid. Itu satu-satunya referensi saya, dan ternyata
beda jauh sama novelnya. Yah bisa dibilang
beda jauh sih hehehehe. Meskipun mungkin
basicnya hampir sama.
Well, mungkin bagi penggemar
Batman-nya Nolan, mungkin akan sedikit terusik karena disini dikisahkan kembali
masa mudanya Bruce Wayne dimana saat orang tuanya meninggal. Banyak yang
mengasumsikan V disini mempunyai arti film kelima dari DC yang mengacu pada
Justice League (walaupun saya tidak melihat Batman-nya Nolan mempunyai koneksi
dengan Justice League). Tapi kenapa ada
kisah baru yang menceritakan backgroundnya si Bruce. Ternyata ini ada tujuannya,
saudara-saudara. Watch carefully adegan
ini. Kemudian juga ada sekilas
menyinggung cerita di Man of Steel. Jadi saya sarankan sebelum menonton film
ini, tonton dulu Man of Steel.
Kembali ke film, banyak yang
menganggap V di tengah itu adalah versus.
Mungkin ini juga salah satu ide dari sineas untuk menarik minat
penonton. Karena tokoh Superman dan Batman sudah melegenda sekali. Bisa dibilang dulu apalagi sekarang,
orang-orang pasti tahu siapa itu Superman dan Batman. Makanya hype film ini sangat luar biasa,
apalagi calon penonton mengetahui bahwa Superman akan bertarung dengan Batman,
Manusia baja bertarung dengan Manusia Kelelawar. Kalau kata Lex Luthor Day vs
Night. Kapan lagi menonton mereka
bertarung di film layar lebar, bukan di film animasi yah (karena setahu saya,
ada adegan mereka bertarung di salah satu film animasi keluaran DC)
Hype yang luar biasa ini jelas
sangat menguntungkan buat film yang bersangkutan, banyak orang menanti-nanti
kapan film ini rilis. Dari pemilihan
pemeran Batman pun, orang-orang sudah ramai membicarakannya. Ketika Ben Affleck terpilih untuk jadi
Batman, banyak orang sangsi apakah Affleck bisa menyamai penampilan Bale yang
bisa dibilang sangat membekas di benak moviegoers. Kalau buat saya, bukan faktor itunya yang
mengganggu. Bahkan bisa dibilang dari
jaman Batman-nya Michael Keaton, Val Kilmer, George Clooney sampai jamannya
Bale, tidak terlalu masalah buat saya.
Banyak juga yah pemeran Batman, belum dihitung dari serial televisi dan
film Batman jadul. Yang mengganggu saya
adalah dulu itu Ben Affleck pernah bermain sebagai seorang superhero juga,
Daredevil. Yang lucunya Daredevil itu
superhero dari kubu Marvel. Agak kurang
sreg di situ aja. Kejadian waktu dulu
saat Chris Evans jadi Human Torch lalu bermalih rupa menjadi Captain
America. Untung Evans pas banget
memainkan karakter si Captain. But at
least kedua karakter itu tetap sama-sama dari marvel. Terlalu panjang kalau saya sebut aktor atau
artis lain yang punya double power hehehe.
Tapi ternyata Affleck bisa
membuat image batman yang baru, yang sangar fightnya, brutal. Menurut saya ini
fighting batman yang paling keren. Bagaimana
dengan Cavill sebagai Superman?
Sebenarnya sama saja sih dengan performancenya di Man of Steel. Sebenarnya kalo berdasarkan cerita, beban
akting ada di tangan Cavill, karena disini Superman mengalami pergolakan batin
yang luar biasa. Tapi sayang kok saya tidak terlalu dapat feelnya di sini. Cuma saya suka disini Cavill cukup banyak
berperan sebagai Clark Kentnya. Itu yang
tidak terdapat di Man of Steel. Yang
membuat saya kurang menyukai Man of Steel.
Amy Adams sebagai Lois Lane,
mungkin karena pengaruh skenario bisa dibilang “peran pembantu” disamping Diane
Lane sebagai Martha Kent, juga Laurence Fishburne. Untuk Jeremy Irons yang berperan sebagai
Alfred, meskipun tidak tampil cukup banyak, tapi saya suka karakter Alfred yang
dimainkan oleh Irons. Jangan bandingkan
dengan permainan Michael Caine di Batman-nya Nolan, yang cukup dominan di
film. Disini karakter Alfred memang
mendapat porsi tidak cukup banyak.
Nah karakter lain yang pastinya
sangat membuat penilaian penonton naik untuk film BVS. Hampir semua memuji
penampilannya, bisa dibilang hampir semua terpesona adalah karakter yang
dimainkan oleh Gal Gadot. Kehadirannya
sangat luar biasa ketika muncul menjadi superhero pertama kali, ditambah musik
garapan Hans Zimmer dan Junkie XL menambah kekerenan adegan munculnya superhero
satu ini. Sang villain, mungkin cukup
membosankan, dia lagi, dia lagi. Lex Luthor yang selalu muncul di setiap film
Superman. Sebenarnya musuh Superman
banyak, tapi tampaknya yang cukup beruntung yah Lex Luthor yang selalu
dipilih. Diperankan Jesse Eisenberg. Biasanya Lex tampil botak, kini dia tampil
berambut dan saya yakin itu bukan rambut palsu.
Lex disini dibuat seperti urakan, cara ngomongnya nyeleneh tapi jelas
terlihat jenius. Mungkin banyak yang
tidak suka performance Eisenberg disini, but for me, cukup kerasa
kelicikannya. Namun jangan khawatir, ada
musuh lain selain Lex Luthor disini.
Sayangnya sudah dibocorkan lewat trailernya. Sayang sekali jadi tidak
surprise.
Bagi penonton awam, hampir
sepertiga atau dua pertiga film, alurnya seperti loncat-loncat tidak beraturan,
bahkan adegan aksi pun minim sekali.
Cenderung membuat malas dan bisa buat penonton tertidur. Sebelah saya tertidur buktinya. Ini memang berat buat Synder, karena “harus”
memaksakan unsur Justice League lewat film ini.
Seperti yang kita tahu, Marvel sudah start lebih awal memulai dunianya
marvel. Marvel merilis satu-persatu
superheronya yang kemudian semua tergabung dalam The Avengers. Jadi ketika The Avengers rilis, marvel tidak
perlu memperkenalkan lebih detil para superheronya, karena mereka sudah
digambarkan di film mereka masing-masing.
Tinggal karakter-karakter tambahan yang perlu diulas. Nah DC memakai taktik lain, DC melakukan
reverse dari tokoh-tokohnya. Setelah
BVS, baru DC membuat film masing-masing untuk sebagian superheronya. Sebenarnya cukup pas strateginya mengingat
mereka “terlambat” dibandingkan marvel.
Hanya sekali lagi saya bilang, beban berat buat Synder. Lihat saja hasil karya Synder jika tidak
dibebani, Watchmen yang terdiri lebih dari satu superhero berhasil menjadi film
favorit banyak orang termasuk saya. Tapi
ya itu Watchmen tidak diembel-embeli beban untuk menjadi “Justice League”. Sedangkan untuk menuju Justice League, DC
hanya baru membuat satu film, yaitu Man of Steel. Bayangkan repotnya Synder. Banyak yang bilang, mending Nolan aja yang
jadi sutradara BVS karena dia sukses dengan Batman. Well, bukan membela Synder. Nolan kan hanya membuat film satu superhero,
Batman, sedangkan Synder membuat film dengan tiga superhero dan harus berkaitan
dengan Justice League. Makanya ide
memperkenalkan superhero lain melalui … kalau saya bilang akan mengurangi
keasikan menonton. Intinya menurut saya,
ide memperkenalkan superhero yang lain itu cukup cerdas, mengingat waktu bagi
DC yang sudah “terlambat”
Jadi adegan-adegan awal yang
terlihat tidak beraturan, terus terang bagi penonton awam yang tidak suka baca
komiknya mungkin akan bingung. Sayang
sebenarnya. Tapi bagi saya, saya merasa adegan-adegan yang kesannya tidak
berhubungan itu, harusnya akan dimengerti ketika nanti kita menonton film-film
DC berikutnya. Saya harap begitu, jadi
sekarang masih dibuat tanda tanya dulu apa maksudnya beberapa adegan tersebut. Jadi poin kekurangan BVS untuk sementara ini
adalah alur cerita awal yang membingungkan banyak orang. Tapi hampir sepertiga akhir film, jelas
inilah yang ditunggu-tunggu penonton.
Adegan aksi yang luar biasa dahsyat.
Bisa dibilang bagi penonton awam, kekesalan mereka di awal terbayar
dengan adegan-adegan yang menegangkan yang diiringi oleh musik Hans Zimmer yang
menggetarkan.
Bagi saya, BVS kalau dilihat
sebagai satu film lepas, BVS hanya mendapatkan pujian di sepertiga paruh akhir
film. Tapi kalau dilihat dari
kesinambungannya dengan Justice League, saya cukup puas dengan BVS. Hanya DC terlalu “ingin” mempromosikan
filmnya sehingga trailernya membuat kurangnya surprise ketika menonton filmnya. Untungnya, saya lihat BVS mendapatkan hasil
box office yang lumayan, dimana saya berharap DC tetap “semangat” untuk
melanjutkan ke phase Justice League.
Meskipun banyak juga mendapat kritikan tapi saya harap DC lebih memperbaiki
kondisinya untuk film-film berikutnya.
So sebagai film Superman, Saya
lebih suka ini daripada Man of Steel dan Superman Returns. Gal Gadot bisa dibilang scene stealer di film
ini. Sepertiga akhir fim bisa dibilang
salah satu klimaks film superhero yang paling seru. Dan terutama “nyambungnya” ke Justice League
yang saya suka. Oh satu lagi, fightnya
Batman keren banget. Dan music score
pengiring munculnya Gal Gadot sebagai superhero masih terngiang-ngiang sampai
sekarang.